SAUDARA KU DI MANA PUN BERADA, SEIRING DATANGNYA 1 RAMADHAN 1433 H, MARILAH KITA SALING MEMBERSIHKAN DIRI, KEPADA ALLAH SWT KITA BERTAUBAT SESAMA MANUSIA KITA SALING BERMAAF-MAAFAN. MARI KITA PERBAIKI HUBUNGAN SILATURAHIM SESAMA UMAT, TERUTAMA PADA ORANG TUA, SUAMI ISTRI, SESAMA SAUDARA SEDARAH SERTA DENGAN KAUM KERABAT, JIRAN TETANGGA. SEMOGA DENGAN CARA DEMIKIAN, KITA BISA MENJALANI IBADAH PUASA DENGAN TENANG DAN MENDAPATKAN PAHALA YANG SETIMPAL DI SISI aLLAH SWT. UNTUK ITU, SAYA ATAS NAMA PRIBADI DAN KELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANI IBADAH PUASA, MOHON MAAF ZAHIR DAN BATIN. SAUDARA KU, SESUNGGUHNYA BERHAJI MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN ISLAM, YANG UNTUK MENJALANKANNYA KITA HARUS MEMILIKI TRESHOLD (NILAI AMBANG BATAS), KELAYAKAN, BAIK JASMANI, ROHANI MAUPUN MATERI. MAKANYA KALAU SUDAH SIAP, SEGERAKANLAH!!

Saturday 29 November 2008

Membangun Sendi-sendi Perekonomian Mikro

. Saturday 29 November 2008
0 komentar

Masukan Terhadap Upaya Mengurangi Kemiskinan di Riau
MENGHAPUS keluarga miskin di negeri ini jelas tidak akan mungkin dan bisa jadi dianggap melanggar kodrat alam ciptaan Allah yang serba dua. Namun mengurangi jumlah keluarga miskin dan meningkatkan kualitas keluarga dari miskin menjadi sejahtera, itu cukup memungkinkan. Sebab, si-kaya ada karena adanya si-miskin.


Meski belum membaca visi misi Genta Melayu, saya tertarik dengan gerakan kemanusiaan dan keekonomian yang dilakukan CEO Riau Pos Grup, pak Rida K Liamsi--seorang pengusaha berhasil di negeri ini --dengan gebrakannya ‘’Gerakan Sejuta (Genta) Melayu yang terilham dengan gerakan seribu (Gebu) Minang yang dirpakarsai Azwar Annas Gubernur Sumbar ketika itu, yang juga mantan Menkokesra di era Orde Baru. (Bagi pembaca posting ini, nanti kalau ada tulisan pak Rida tentang Genta Melayu, saya janji akan mempostingnya dalam blok ini).

Gerakan yang sama sebenarnya juga pernah dilakukan Prof Haryono Suyono—Kepala BKKBN yang juga mantan Menkokesra dengan upaya membangun sendi-sendi perekonomian mikro atau masyrakat lapis bawah. Di antaranya berupa gerakan menabung—yang kalau sekarang lebih dikenal dengan istilah investasi, yakni tabungan keluarga sejahtera (Takesra), Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra), pendirian unit-unit usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS ). Bahkan terakhir Haryono Suyono dengan yayasan Damandiri juga melakukan gerakan Posdaya dan sebagainya.

Sejumlah program itu hingga kini pun berjalan baik, meski di sejumlah daerah ada yang sudah tidak aktif, sebagai akibat tidak adanya motivator dari tenaga penyuluh KB. Ini juga menjadi masalah, karena di banyak kabupaten/kota hampir semua tenaga penyuluh lapangan KB sudah beralih fungsi menjadi tenaga teknis. Padahal mereka dipersiapkan sebagai tenaga fungsional yang berhubungan langsung ke tengah masyarakat.

Kondisi serupa juga terjadi pada departemen/non departemen yang juga pernah menyediakan staf atau tenaga fungsional, seperti Deppen, Depsos, Pertanian, Kehutanan dan sebagainya. Padahal para tenaga fungsional ini dipersiapkan secara matang dengan tujuan sebagai ujung tombak pemerintah di masyarakat. Mereka diharapkan mampu menyampaikan tujuan-tujuan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya ke tengah-tengah masrayakat. Yang pada sasaran akhirnya menciptakan manusia Indonesia dan keluarga-keluarga berkualitas.

Sejak itu pulalah, terutama setelah desentralisasi pemerintahan, yang ditindaklanjuti dengan penyerahan sebagian asset pusat ke daerah, program perbaikan perekonomian keluarga atau mikro ekonomi itu tidak lagi berjalan, terutama terhadap para petani, nelayan buruh kasar, buruh harian lepas, para supir, pemulung dan lainnya yang bermukim di daerah-daerah pedesaan, dusun-dusun, pesisir pantai, daerah-daerah kumuh di perkotaan . Termasuk mereka yang bermukim di Riau, seperti puak-puak Melayu yang ada di pesisir-pesisir panta, daerah-daerah terisolir. Mereka hidup dengan kondisi serba pas-pasan.

Dapat pagi habis siang, dapat siang habis malam. Begitulah kondisi yang mereka alami setiap waktu. Sehingganya jangankan untuk melakukan investasi melalui gerakan menabung, untuk keperluan hidup sehari-hari pun susah. Belum lagi untuk biaya perawatan kesehatan, untuk biaya mendapatkan pendididikan yang lebih baik.

Persoalan yang mereka—(para keluarga miskin;baca)-- hadapi akan lebih rumit lagi, ketika ‘’kue’’ yang seharusnya ukup untuk tiga atau empat orang harus dibagi menjadi lima atau enam, bahkan tujuh orang atau lebih. Ini sebagai akibat banyaknya jumlah anggota keluarga yang ada dalam sebuah rumah tangga.

Setelah dirunut-runut, oleh pihak BKKBN, jumlah anggota keluarga yang besar dalam sebuah keluarga, terutama keluarga miskin menjadi persolan yang sangat mendasar dan harus diatasi sebelum memperbaiki perekonomian rmah tangga. Bahkan tidak salah, banyak orang atau pun pejabat mengatakan keluarga miskin dengan kemiskinannya akan melahirkan anggota keluarga atau orang-orang miskin juga. Untuk itu pengaturan jarak kelahiran di masyarakat miskin harus dilakukan agar tidak terlahir orang-orang miskin baru lainnya.

Makanya program ini perlu dilakukan secara bersamaan, sehingga di satu sisi sebuah keluarga diharapkan bisa melakukan perencanaan, baik untuk menata perekonian maupun pengaturan jarak kelahiran anak. Dan pada akhirnya bisa meningkatkan kualitas sebuah keluarga yang diukur berdasarkan skala-skala tertentu.

Pertanyaan, apakah hanya modal yang besar yang mampu mengatasi perekonomian masyarakat miskin yang mayoritas dinomina puak Melayu itu?
Tentulah tidak demikian. Modal besar sangat diperlukan, namun tidak akan ada artinya, kalau persoalan mendasar tidak teridentifikas dengan baik, Demikian juga sebaliknya, program pengentasan keluarga miskin bagus-bagus, tapi tanpa didukung modal yang cukup akan berjalan tersendat. Keduanya harus jalan seiring dan terencana secara matang.

Yang pasti dana sangat diperlukan sebagai modal untuk merubah pola hidup dan prilaku sebagian sebagian kaum ibu dari keluarga miskin yang masih berkutat di tiga ‘’ur’’ (dapur, sumur, kasur) kearah wiraswasta. Sehingga secara bertahap diharapkan akan mampu merubah sastus keluarga mereka dari pra sejahtera menjadi sejahtera 1, ke sejahtera 2, sejahtera 3 dan sejahtera 3 plus.

Nah, kalaulah itu yang nantinya diikuti, maka tidak ada salahnya tim Genta Melayu juga bisa mempelajari kiat-kiat yang diterapkan BKKBN dalam mengentaskan kemiskinan selama ini. Atau mungkin secara bergandengan melakukan gebrakan di tengah masyarakat. Karena selain BKKBN memiliki sisa-sisa tenaga yang menguasai lapangan, lembaga non departemen ini juga memiliki modal besar di bidang kemanusiaan yang dananya selian bersumber dari APBN juga bantuan-bantuan luar negeri baik dari bank dunia atau pun lembaga-lembaga swadaya (SLM) yang bergerak di bidang kemanusiaan dan tidak bersifat mengikat.

Mereka bergerak juga menggunakan uang sebagai dana paningan untuk merubah prilaku penduduk. Sebab, pendidikan merubah prilaku dan kebiasaan hidup itu tidak akan bisa seperti membalikan telapak tangan, tapi perlu waktu dan itu merupakan investasi masa panjang.

Sebut saja misalnya gerakan menabung dengan sasaran merubah prilaku penduduk dari kebiasaan bersifat konsuntif kea rah menabung. Untuk itu BKKBN pun meluncurkan sejumlah dana pancingan kepada masyarakat melaui rekening-rekening tabungan langsung atas nama anggota atau kepala keluarga miskin yang lebih dikenal dengan sebutan keluarga pra sejahtera.

Selama program ini berjalan di era Orde baru hasilnya cukup menggembirakan. Banyak masyarakat Indonesia yang menambung bahkan jumlah dananya pun meningkat dari tahun ke tahun. Untuk lebih memotifasi warga lainnya dibuat pula sejumlah tugu menabung, termasuk di Riau sendiri.

Dalam bidang kewirausahaan juga. BKKBN meluncurkan gerakan unit-unit Usaha Peningkatan pendapatan keluarga (UPPKS). Dalam kegiatan ini juga diluncurkan dana hibah dan dana bergulir sebagai pancingan penambah modal dalam berusaha. Sasarannya juga para penduduk miskin dengan berbagai usaha, seperti penjual goring, kripik cabe, tukang temple benen, pedagang asongan dan sebagainya. Mereka ini terdata lengkap dan selalu mendapat pengarahan atau pun bimbingan dari para tenaga penyuluh.

Demikian juga bagi mereka yang usahanya sudah berkembang baik diluncurka pula program kredit usaha keluarga sejahtera (Kukesra). Sasarnya juga para penduduk miskin yang telah memulai usaha perbaikan perekonomian keluarga, namun masih mengalami kekurangan dana sebagai modal.***
yasrilriau@gmail.com

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tuesday 25 November 2008

Ladang Minyak Duri Mulai Beroperasi

. Tuesday 25 November 2008
0 komentar

Proyek Injeksi Uap Terbesar di Dunia

MENTERI ESDM Purnomo Yusgiantoro Rabu (26/11) hari ini- dijadwalkan akan meresmikan produksi minyak pertama dari Area 12 proyek NDD (North Duri Development atau Pengembangan Lapangan Duri Utara), PT Chevron pacific Indonesia (CPI).


Acara ini juga akan dihadiri oleh Dirjen Migas Evita Legowo, Kepala BP Migas R Priyono serta pejabat ESDM dan BPMigas lainnya.

Sebelum ke Duri, Selasa (25/11) kemarin rombongan Menteri ESDM terlebih dahulu melawat ke Pertamina Dumai, operasi PT Bumi Siak Pusako di Zamrud serta mengikuti rapat kerja di CPI Rumbai.

Demikian disampaikan Manager Comunications and Media Relations CPI, Hanafi Kadir melalui CMR CPI Tiva Permata kepada Dumai Pos (Riau Pos Grup), Selasa (25/11) kemarin.

Dijelaskan Tiva Permata, lapangan minyak Duri merupakan lokasi penerapan proyek injeksi uap terbesar di dunia. Lapangan minyak dengan luas 18 km x 8 km ini ditemukan pada tahun 1941 dan mulai beroperasi pada tahun 1958.

Sebelum penerapan teknologi injeksi uap, hasil minyak bumi dari Lapangan Duri pernah mencapai puncaknya pada tahun 1965 dengan produksi 65.000 barrel per hari. Sejak itu produksi minyak menurun terus dengan laju 13 persen per tahun. Setelah melakukan uji coba yang sukses, CPI akhirnya memutuskan untuk menggunakan teknologi injeksi uap yang diusung dari salah satu lapangan minyak Chevron di California.

Penerapannya ke seluruh lapangan Duri secara dramatis meningkatkan produksi minyak Duri, mengantarkannya ke puncak produksi sebesar 300.000 ribu barel per hari pada tahun 1994. Proyek ini membuktikan bagaimana teknologi, keunggulan operasi, dan pengelolaan sumberdaya yang tepat secara positif mengubah masa depan lapangan minyak yang sudah menurun produksinya.

Setahun kemudian, proyek DSF yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1990 ini mencatat produksi kumulatif 1 miliar barrel. Dua tahun lalu DSF kembali mencatat sejarah dengan produksi kumulatif 2 miliar barel minyak.

Proyek NDD yang merupakan pengembangan lanjutan dari Lapangan Duri ini diharapkan dapat memacu kembali produksi minyak Lapangan Duri seperti yang diharapkan bersama oleh Pemerintah, industri migas dan masyarakat Indonesia. PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) merupakan perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) BPMIGAS yang bekerja di 3 wilayah produksi di Provinsi Riau, Sumatera.

CPI dimiliki oleh perusahaan energi kelas dunia, Chevron Corporation, dan merupakan penghasil minyak terbesar di Indonesia, dengan jumlah produksi sekitar 400.000 barrel per hari. ‘’Proyek NDD yang merupakan bagian DSF ini merupakan usaha Chevron untuk menekan laju penurunan produksi dari lapangan Duri. Hal ini sangat sejalan dengan usaha pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produksi minyaknya,’’ ujar Tiva. (usa/riau pos grup)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Guru, Sang Embun Penyejuk

.
1 komentar


Hari ini 25 November 2008 bertepatan dengan peringatan hari guru dan PGRI.
Selamat guru ku.


Semoga selalu jadi embun penyejuk dalam kehausan.
Kami, dan juga kita semua para tunas-tunas bangsa tengah haus akan ilmu pengetahuan, harus dengan didikan nilai-nilai luhur mu.
Berikanlah kami setetes embun untuk membuka hati ini
Kami tengah berada dalam kegelapan, masih gelap dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kini engkau harapan kami, engkau bagai pelita dalam kegelapan

Namun demikian, engkau para guru ku, jaga jugalah martabat mu.
Jangan karena nila setitik rusak susu se belanga.
Betapa banyaknya oknum-oknum guru saat ini yang mungkin lupa akan tugas dan fungsinya sebagai penadidik.
Jangankan mendidik, malah memberi contoh tercela bagi anak didiknya sendiri.
Ada yang berbuat cabul, ada yang main tembak, ada yang main pukul dan banyak lagi.
Sungguh tidaklah terpuji prilaku seperti ini.
Dan,.. jangan karena nila setitik, rusak susu se belanga.
Sekali lagi mari kita bersama menjaga martabat guru.
Bukankah kata Bung Karno semua kita ini juga guru.
Presiden guru bagi muridnya, penulis guru bagi pembaca karya tulisnya.
Orang tua di rumah guru bagi anak-anaknya.

Begitu juga saya yang jebolan IKIP Padang, meski berkarya di jurnalistik, tapi tetap jadi guru, bagi pembaca media. Begitu juga dengan keluarga-keluarga saya yang juga berasal dari keluarga guru, istri dan ibu mertua juga seorang guru.
Marilah kembali kita renungkan bait demi baik lirik lagu Himne Guru karya Sartono, seorang guru. Himne guru ini saya copy dari blognya Lambertus L. Hurek di Surabaya.
Sekali lagi selamat hari guru. ***

Klik disini untuk melanjutkan »»

Durian montong Diminati, Permintaan Jeruk Meningkat

.
0 komentar

Melihat Usaha Pembibitan Buah-buahan di Tambang

Laporan Yasril, Tambang
MESKI banyak petani yang beralih ke tanaman sawit, ternyata tidak sedikit yang mencari tanaman alternative yang juga memiliki prospek cerah seperti buah-buahan. Bahkan diantara puluhan jenis buah-buahan, durian montong cukup diminati, sementara permintaan pasar terhadap buah jeruk pun kian meningkat.


‘’Faktor pendukung tingginya permintaan terhadap jeruk, karena selain harga jual di pasaran meningkat, stok jeruk di petani saat ini menipis. Karena banyak petani yang beralih ke sawit. Sehingga petani pun kembali melirik tanaman sawit,’’ kata Muhammad Bibit, salah seorang petani sekaligus pengusaha pembibitan Tani Indah, Kecamatan Tambang, Kampar.

Menurutnya, di saat musim seperti sekarang, durian montong yang merupakan perpaduan durian local dan durian asal Thailand sangat diminati warga. Bahkan bibitnya pun banyak dibeli warga. Buah durian montong ini paparnya selain enak dan dagingnya tebal, jika jatuh dan lama terletak tidak cepat terbuka.

‘’Peminat bibit durian montong ini tidak hanya para petani local, tapi juga dari luar kampar, bahkan juga dari luar Riau, seperti dari Aceh, Sumut, Sumbar dan lainnya. Baru-baru inisekitar 5.000 bibit durian montong asal Tambang yang kami usahakan dibawa ke Aceh ,’’ kata M Bibit.

Tentang harga bibit durian montong, M Bibit mengatakan beragam, Ini selain tergantung usia bibit itu sendiri, juga jumlah yang dibeli. Artinya kalau membeli dalam partai besar akan lebih murah dibanding satu atau dua. Begitu juga kematangan bibitnya, yang lama dan siap tanam akan lebih tinggi dibandung yang baru disemai. ‘’tapi rata-rata bibit yang ada saat ini sudah berusia enam hingga tujuh bulan. Yang siap tanam. Sehingga pada usia lima atau enam tahun paling lambat pemilik pohon bias menikmati hailnya,’ tuturnya.

Jeruk
M Bibit juga menjelaskan bahwa selama ini buah jeruk dari Tambang menjadi primadona di Riau. Namun sejak sawit dianggap menjanjikan, banyak petani yang beralih ke tanaman sawit. Padahal pohon sawit pada dasarnya tidak bagus untuk kesuburan tanah.

Karena makin berkurangnya minat petani menanam jeruk, produksinya pun kian merosot. Ini tidak hanya terjadi di Kecamatan Tambang, Kabupaten kampar saja, tapi juga seluruh Riau, bahkan juga di provinsi tetangga. Sementara itu permintaan pasar terhadap buah jeruk tetap tinggi, baik di pasar tradisional maupun di pasar-pasa buah di kota-kota.

Untuk memenuhi permintaan pasar itu, tidak jarang jeruk harus didatangkan dari daerah lain, seperti Berastagi, Sumut dan lainnya. Akibatnya harga jual jeruk itu pun cukup menjanjikan. ‘’Makanya sekarang banyak petani kembali melirik tanaman jeruk. Dan ini bisa dilihat di beberapa wilayah di Kecamatan Tambang ini,’’ ujarnya lagi.

Harga jual bibit jeruk yang dia usahakan M Bibit menyatakan berpariasi. Namun lebih murah dibanding durian montong. ‘’Ya, berkisar antara Rp4.000 hingga Rp6.000 per batang. Kalau membeli dalam partai besar, tentu harganya juga akab lebih murah.’

Saat ini saja sedikitnya tersedia lebih 30.000 bibit dari puluhan jenis tanaman buah-buahan dan tanman keras yang ia sediaknya. Selain itu katanya juga ada yang dalam tahap karantina.***

Klik disini untuk melanjutkan »»

Monday 24 November 2008

205 Penderita AIDS Akibat Heteroseksual

. Monday 24 November 2008
0 komentar

SEBANYAK 44 persen dari 301 penderita HIV/AIDS di Riau tahun 2008 berasal dari berusia muda. Sementara 65 persen atau 205 kasus disebabkan heteroseksual.


‘’Kondisi ini harus menjadi perhatian semua elemen masyarakat. Tidak hanya dari kalangan generasi muda saja, tapi juga keluarga masyarakat,’’ kata Plt Kepala BKKBN Riau Drs H Pengadilan Nasution, Senin (24/11) sehubungan digelarnya lomba RAB dan Ferformance competition tahun 2008 di Mal SKA Pekanbaru.

Dipaparkan Pengadilan, usia yang paling banyak terjangkit HIV/AID itu antara 20-29 tahun, sedangkan yang berusia 30-39 berjumlah 114 orang atau 38 persen. Padahal paparnya usia 20-29 itu merupakan usia produktif manusia untuk berusaha dan berkarya. ‘’Jika mereka sudah terjebak dengan kasus HIV/AIDS masa depannya akan terganggu. Setidaknya, selain harus memikirkan keburuhan hidup, mereka juga harus intensif merawat diri,’’ paparnya.

Pengadilan juga mengimbau agar generasi muda segera meninggalkan ketergantungan terhadap narkotika serta pemakaian alat suntik secara bergantian. ‘’Ini juga bisa menyebabkan seseorang terjangkit HIV/AIDS. Bahkan 76 orang atau 25 persen penderita HIV/AIDS di Riau diakibatkan napza dan alat suntik,’’ katanya lagi.

Menjawab soal penyebab terjadinya heteroseksual atau gontaganti alat suntik, Pengadilan mengatakan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja. Khususnya dalam hal hal cara-cara melindungi diri dari prilaku seksual berisiko, kehamilan tidak diingini, IMS serta HIV/AIDS.

‘’Makanya saya memberikan apresiasi positif terhadap upaya-upaya sosialisasi tentang HIV/AIDS serta keseharan reproduksi remaja dalam bentuk lomba Rab dan Ferformance competition yang dilaksanakan PKBI dan BKKBN ini. Setidaknya kita telah berupaya memproteksi generasi muda terhadap HIV/AIDS,’’ paparnya.(ril)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Di Percetakan Riau Pos

.
0 komentar



DIPERCETAKAN: Yasril saat menjelaskan pembuatan koran di ruang percetakan Riau pos.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tamu Redaksi

.
0 komentar



BUAT KORAN: Asisten Redaktur Pelaksana Riau Po Yasril saat menjelaskan cara membuat koran kepada para tamu redaksi Riau Pos beberapa waktu lalu

Klik disini untuk melanjutkan »»

Di Singkawang

.
0 komentar



Di SINGKAWANG: Saat berada di perkampungan China di Singkawang, Kalbar bersama Kabag Humas Pemkab Kampar beberapa waktu lalu.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Konfrensi Pemimpin Negara-negara muslim

.
0 komentar



MELIPUT: Di sela-sela peliputan konfrensi internasional pemimpin negara-negara muslim tentang kependudukan, di Bali beberapa waktu lalu

Klik disini untuk melanjutkan »»

Di Museum Serawak

.
0 komentar


DI MUSEUM SERAWAK:



Foto bersama dengan Pengurus Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) se Indonesia di Museum Serawak, beberapa waktu lalu.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sunday 23 November 2008

Di Entikong

. Sunday 23 November 2008
0 komentar



Klik disini untuk melanjutkan »»

Di Serawak

.
0 komentar



Foto bersama dengan pimpinan RTM di depan auditorium P Ramlee di Serawak, beberapa waktu lalu

Klik disini untuk melanjutkan »»

Bersama Konjen RI di Serawak

.
0 komentar


di Serawak Malaysia


Bersama Konjen RI di Serawak, Malaysia saat kunjungan muhibah jurnalist Nusantara ke Sabah, Serawak Malaysia beberapa waktu lalu

Klik disini untuk melanjutkan »»

Petugas Perairan Indonesia Tangkap Kapal Berbendera Malaysia

.
0 komentar

DUA kapal nelayan berbendera Malaysia dengan 10 anak buah kapal berkebangsaan Myanmar ditangkap petugas Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) sektor wilayah barat dalam operasi Gurita VI, sabtu (22/11/2008).


Kedua kapal dengan dua nahkoda berkebangsaan Malaysia itu ditangkap saat menangkap ikan di dua lokasi berbeda di perairan Provinsi Riau, Indonesia. Di dalam kapal juga ditemukan berton-ton ikan hasil tangkpan.

Komandan sektor wilayah barat, Bakorkamla, Letkol Roni Saleh didampingi Kapten kapal pengawas Hiu 10, Martin, kepada wartawan, termasuk wartawan Riau Pos menjelaskan kronologis penangkapan. Sabtu (22/11) dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB, kapal pengawas Hiu 10 mulai bergerak dengan kecepatan sedang dari perairan Dumai menuju perairan Selat Melaka, agar tidak dicurigai oleh kapal-kapal yang menjaring.

Ternyata pergerakan itu cukup efektif, sekitar pukul 08.00 WIB, radar kapal pengawas Hiu 10 dari jarak 20 mil berhasil mendeteksi keberadaan kapal asing tersebut dan terus mendekatinya. Setelah dipastikan dengan mengguna teropong bahwa kapal yang terdeteksi itu adalah kapal asing, kapal pengawas Hiu 10 mulai meningkatkan kecepatan kapal.

“Kami berhasil menghadang dan menahan kapal KM PKFB 1168 beserta awaknya diposisi 9 Mil dari pulau Tokong Simbang atau 14 Mil dari Pulau Jemur, Rohil. Kapal ini baru naik jaring dan mendapat ikan sebanyak 100Kg,’’ jelas Roni Saleh.

Kemudian kapal pengawas Hiu 10, langsung bergerak mengejar kapal yang lainnya. Aksi kejar-kejaranpun terjadi, petugas baru berhasil menangkap kapal KM. SLFA 4830, pada pukul 10.15 Wib dibatas Zona Econoic Exlusive. “Kapal yang kedua sudah bergerak kerah keluar, berada dilandas kontinen. Mereka sudah berhasil menjaring ikan sekitar 5 ton” tambahnya

Selain memasuki wilayah negara lain secara tidak sah, 12 orang nelayan itu melanggar peraturan berkenaan perikanan di Indonesia. “Mereka melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan pukat harimau (trowl) yang bisa merusak habitat dilaut”katanya.

Di sampaikan Roni, kedua unit kapal ikan asing tersebut digiring kepelabuhan TPI Dumai, Minggu (23/11) dini hari. Seluruh awak kapal masih kita tahan untuk diproses lebih lanjut oleh instansi yang berwenang.(*2/riau pos/ril)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Riau Buka Pintu bagi Investor Industri Hilir CPO

.
0 komentar

Atasi Gejolak Naker dan Harga Sawit

ANJLOKNYA harga tandan buah segar sebagai akibat turunnya harga jual Cruide Palm Oil (CPO) dunia akibat krisis global, mengharuskan pemerintah segera mencari solusi tepat memulihkan perekonomian. Terlebih lagi di sejumlah perusahaan besar saat ini terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).


Salah satu yang perlu menjadi pemikiran bersama adalah meujudkan berdirinya industri hilir sebagai upaya pengembangan usaha perkebunan sawit di Riau. Sebab selama ini, Riau dengan ladang sawitnya baru mampu sebatas menghasilkan minyak mentah dalam bentuk CPO untuk diekspor ke luar negeri.

Padahal jika di negeri ini juga berdiri sejumlah industri hilir yang mampu mengolah CPO atau pun minyak sawit menjadi produk bernilai tinggi, dipastikan akan mampu memperbaiki taraf perekonomian, baik secara makro maupun mikro. Bahkan sejumlah tenaga kerja yang mengalami PHK pun akan bisa teratasi.

Hingga saat ini, Riau masih berangan-angan mengembangkan industri hilir CPO. Padahal Malaysia yang juga sebagai negara pengekspor CPO telah terlebih dahulu mendirikan industri hilir.

Sehingga kalau Indonesia baru mampu mampu mengekspor lebih 75 persen hasil ladang sawit dalam bentuk minyak mentah atau CPO, di Malaysia lebih 80 persen hasil ekspornya dalam bentuk produk bernilai tinggi hasil pengolahan minyak sawit (CPO) tersebut.

Malaysia malah mampu menghasilkan lebih 120 jenis produk bernilai tinggi yang mereka kelompokkan dalam bentuk produk makanan dan non makanan. Seperti minyak goreng mentega, alat kosmetik dan sebagainya. Sedangkan industri hilir di Indonesia hanya mampu menghasilkan belasan produk hasil turunanan CPO, Riau yang juga merupakan daerah pengekspor CPO hingga kini belum memiliki industri hilir.

Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Riau Hj Tiolina Pangraribun pendirian industri hilir tersebut sangat mutlak bagi Riau. Pemerintah Riau membuka pintu bagi pengusaha baik nasional maupun asing yang akan berinvestasi untuk mendirikan industri hilir pengolahan CPO.

Menurutnya. Bagi pengusaha yang akan berinvestasi silakan datang dan kita akan merespon positif. Produksi CPO yang dihasilkan daerah ini cukup besar sekali, namun karena belum adanya industri hilir sehingga pengolahan CPO menjadi produk lainnya tidak bisa dilakukan.

‘’Akibat tidak adanya industri hilir tersebut, turunnya harga jual CPO pasti akan berimbas kepada seluruh petani dan pekebun kelapa sawit, andaikan di daerah ini industri hilir tersebut ada CPO itu bisa dijual ke industri tersebut,’’ ujarnya.

Kedepan pengembangan dan pembangunan industri hilir tersebut harus dilakukan. Sebenarnya saat ini pembangunan industri hilir tersebut sudah mulai dibangun, namun belum selesai yakni pembangunan pabrik biodisel di Kota Dumai.

Saat ini, lanjutnya lagi ada empat pabrik biodisel yang akan dibangun, selain di Dumai pembangunan serupa akan dilakukan diberbagai daerah lainnya, sehingga produksi CPO yang dihasilkan Riau bisa terjual dengan baik.

‘’Kita optimistis, daerah ini pada suatu saat nanti akan menjadi pusat pengembangan industri hilir. Ini mengingat luas perkebunan kelapa sawit dan CPO yang dihasilkan cukup besar, karenanya perlu kerja keras semua pihak untuk mewujudkan hal itu,’’ ujarnya.(ril)***

Klik disini untuk melanjutkan »»

Saturday 22 November 2008

Wapres: Indonesia Tak Berarti Tanpa Riau

. Saturday 22 November 2008
0 komentar

WAKIL Presiden (Wapres) HM Jusuf Kalla menyatakan Provinsi Riau ini sangat berarti bagi Indonesia. Indonesia tanpa Riau tidak berarti apa-apanya. Riau mempunyai andil yang sangat besar dalam pembangunan Indonesia, karenanya pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kebijakan pembangunan di daerah ini.


Pernyataan itu disampaikan Wapres saat menghadiri malam syukuran dan pengantar tugas Gubernur dan Wakil Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP dan Drs H Raja Mambang Mit yang digelar di Gedung Daerah Riau, Jumat (21/11), malam. Acara yang berjalan semarak dan khidmat itu juga dihadiri sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dan juga dimeriahkan dengan penampilan artis dari Jakarta Kristina, Eddy Silitonga dan sejumlah artis lokal Riau.

‘’Sekali lagi saya katakan, Indonesia tidak berarti apa-apa tanpa Riau. Kekayaan yang disumbangkan negeri ini bagi kemajuan bangsa dan negara ini sungguh luar biasa besarnya. Karenanya pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pembangunan di daerah ini,’’ ujar Wapres.

Ditambahkan Wapres, tantangan Indonesia dan berbagai provinsi di Indonesia sungguh luar biasa beratnya. Tantangan yang ada di masing-masing daerah selalu berbeda-beda misalnya ada daerah yang masih kekurangan sarana dan prasarana infrastruktur dan berbagai persoalan lainnya.

Tantangan itu selalu berbeda, namun ada satu hal membedakannya. Apapun yang terjadi belahan dunia ini orang tidak pernah berhenti menggunakan energi. Orang bisa berhenti pergi bersiar atau tur keluar negeri ataupun orang bisa berhenti membeli peralatan elektronik akan tetapi orang tidak akan pernah berhenti menggunakan energi, apakah itu berasal dari minyak dan sebagainya. ‘’Saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia umumnya dan Riau khususnya untuk hidup secara normal dan tidak berlebih-lebihan. Saya yakin ekonomi akan membaik jika kita bekerja dengan baik pula,’’ ujar Wapres.

Dalam kesempatan itu, Wapres juga memberikan ucapan selamat atas pelantikan HM Rusli Zainal dan Hr Mambang Mit sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Keberhasilan RZ dan MM dalam Pilgubri beberapa waktu lalu, karena pasangan yang akrab disapa RZ-MM dicintai oleh rakyat Riau.

‘’Biasanya kalau Pilkada di Indonesia, incumbent itu cuma ada dua saja pilihannya. Kalau berhasil menjadi nomor satu kalau kalah pasti kalahnya menjadi nomor empat dan sebagainya. Artinya apa, RZ telah berhasil dengan baik dalam Pilkada ini karena dicintai rakyatnya,’’ tutur Wapres.

Dalam pada itu, Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP mengajak seluruh elemen masyarakat dan kabupaten/kota di Riau bahu-membahu dalam melakukan berbagai pembangunan di daerah ini. Banyak ketertinggalan yang terjadi di daerah ini memerlukan kerjasama semua pihak untuk menyelesaikan dan menuntaskan berbagai persoalan pembangunan tersebut.

‘’Kami mohon dukungan dari pemerintah pusat untuk menggesa berbagai pembangunan yang ada di daerah ini. Kepada kabupaten/kota saya mengajak marilah kita bahu membahu membangun negeri ini agar Riau yang kita cita-citakan yakni sebuah negeri yang cemerlang, gemilang dan terbilang dapat kita wujudkan,’’ ujar Rusli Zainal.(gem/riau pos)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Shalat Jumat

.
0 komentar



Salat Jumat: Foto usai shalat Jumat di Masjid Raya Kucing, Serawak Malaysia Timur

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sisa-sisa Tsunami Aceh

.
0 komentar


Klik disini untuk melanjutkan »»

Saksi Bisu Gempa tsunami Aceh

.
0 komentar


Klik disini untuk melanjutkan »»

Friday 21 November 2008

Riaupulp Akhirnya PHK 1.000 Karyawan

. Friday 21 November 2008
0 komentar

BERITA menakutkan bagi semua tenaga kerja dan juga termasuk karyawan di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) itu akhirnya datang juga. Tidak mempan dengan langkah efiisiensi besar-besaran yang dilakukan manajemen RAPP, akhirnya perusahaan bubur kertas itu pun menempuh jalan terakhir berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para karyawannya.


Presiden Direktur PT RAPP Rudi Fajar, saat memberikan keterangan pers kepada wartawan di Hotel Pangeran Pekanbaru, Kamis (20/11) mengatakan, PHK ini merupakan alternatif terakhir, untuk menjaga kelangsungan perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Pelalawan, Riau.

Untuk tahap pertama, yang akan dimulai dalam pekan ini, tak kurang 1.000 orang karyawan unit produksi masuk daftar PHK, sedangkan 1.000 orang lainnya dirumahkan. Bila dalam perjalan selanjutnya kondisi perusahaan masih juga tidak membaik, khususnya terkait upaya pemenuhan keperluan bahan baku, RAPP (Riaupulp) tidak menutup kemungkinan akan mengambil tindakan PHK bagi mereka yang dirumahkan tersebut.

Dalam konferensi pers yang diikuti tak kurang dari 40 wartawan media cetak dan elektronik tersebut, Rudi yang didampingi Direktur Operasional RAPP Thomas Handoko, Manejer Perizinan Edward Wahab, Humas Nandik Sufaryono dan Troy Pantow menyebutkan, langkah PHK terhadap ribuan karyawan tersebut dilakukan sebagai dampak dari terganggunya aktivitas perusahaan terkait kondisi pasokan bahan baku kayu.

‘’Normalnya, RAPP mengolah tak kurang dari 6.000-7.000 ton per hari. Namun dengan kondisi saat ini, produksi yang bisa dilakukan hanya berkisar 2.000 ton. Kondisi ini menyebabkan perusahaan harus mengambil langkah efisiensi. Kami sudah mencoba menekan sejumlah biaya. Mulai dari operasional pabrik, listrik, perjalanan dinas. Namun, tetap saja itu tidak mampu menutupi operasional perusahaan,’’ jelas Rudi dengan mimik serius.

Lelaki muda, yang baru dipercaya memimpin perusahaan milik April Group tersebut beberapa tahun terakhir ini mengaku, kondisi saat ini adalah masa-masa tersulit dan keputusan yang diambil adalah melakukan PHK. ‘’Sebelumnya, kami sudah melakukan pemutusan kontrak dengan beberapa rekanan. Itu juga berimplikasi pada PHK terhadap karyawan perusahaan kontraktor tersebut. Jumlahnya juga mencapai ribuan orang. Tapi, itu memang sudah risiko supaya perusahaan bisa berjalan normal,’’ paparnya terkait isu pemutusan hubungan kerja sebelumnya sudah sempat beredar beberapa waktu lalu.

Penjelasan PT RAPP ini memang menjadi banyak pertanyaan bagi kalangan wartawan. Apalagi, informasi seputar PHK tersebut tidak dirinci secara tegas latar belakangnya. Rudi, dalam kesempatan tersebut sempat menyinggung perihal penahanan sebanyak satu juta meter kubik kayu milik PT RAPP yang tersebar di beberapa titik oleh pihak kepolisian.

‘’Kita berharap kayu tersebut bisa dimanfaatkan. Karena, dengan potensi sebesar itu bisa mendukung operasional pabrik satu hingga dua bulan ke depan dengan hitungan 6.000 ton per hari,’’ ujarnya.
Dalam rilis yang dibagikan, Direksi RAPP memberikan beberapa catatan, di antaranya adalah, supaya pemerintah Indonesia dapat menyelesaikan permasalahan yang menghambat kelancaran usaha perusahaan. Termasuk di antaranya untuk pasokan kayu PT RAPP dengan menegakkan kepastian hukum yang mendukung pada kelancaran usaha industri perkayuan, khususnya pulp dan kertas di Indonesia.

Selain faktor penahanan bahan baku kertas oleh kepolisian, Rudi juga sempat diberondong beberapa pertanyaan seputar pasokan yang mampu dipenuhi oleh areal Hutan Tanaman Industri (HTI). Hanya saja untuk hal ini, tidak ada jawaban dari perusahaan.

Lebih jauh seputar rencana PHK 1.000 orang karyawan, Humas RAPP Nandi Sufaryono menjelaskan, teknisnya akan dilakukan secara bertahap. ‘’Kita akan lakukan secara bertahap. Dalam beberapa hari ini namanya kita umumkan, setelah itu baru kita memroses hak-hak mereka, termasuk pesangon,’’ ujarnya.
Nandik juga tidak memperinci lebih detail tentang besaran uang pesangon yang akan diberikan perusahaan pengekspor pulp dan kertas terbesar di Asia ini bila melakukan PHK terhadap karyawannya.

‘’Pastinya, semua haknya akan dibayarkan oleh perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kita belum bisa menghitung besarnya, karena, tiap karyawan pastinya jumlahnya tidak akan sama. Jadi nanti akan disesuaikan dengan ketentuan,’’ katanya.

Ketika ditanya apakah langkah yang diambil perusahaan ini sudah dikoordinasikan dengan pihak terkait, khususnya Dinas Tenaga Kerja, Rudi Fajar menyebutkan, pihaknya sudah berkoordinasi. Hanya saja, untuk teknisnya akan dibahas lebih jauh setelah ada pemberitahuan resmi kepada karyawan.
RAPP saat ini mempunyai tak kurang dari 4.000 karyawan yang direkrut langsung serta 10.000 karyawan tidak langsung. Jumlah tersebut, disebutkan Rudi Fajar, sudah termasuk tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk mendukung standarisasi produk yang akan digunakan untuk ekspor.

Tak kurang dari 53 orang tenaga kerja asing bekerja di areal usaha PT RAPP. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen di antaranya sudah dipulangkan ke negara asalnya karena pertimbangan efisiensi usaha perusahaan. ‘’Yah, termasuk ekspatriat, kita juga melakukan pengurangan. Tapi, hal tersebut sudah dilakukan beberapa waktu lalu, sebelum kondisi perusahaan seperti sekarang ini,’’ ungkapnya.

Karyawan Belum Mengambil Sikap
Rencana PHK ini sudah diketahui para pimpinan Serikat Pekerja (SP), Rabu (19/11) malam. Bahkan untuk menyikapinya, serikat pekerja menggelar rapat khusus, Kamis siang (20/11), di Balai Pekerja Riau Kompleks.

Hasilnya, karyawan hampir sepakat dapat menerima apapun keputusan top manajemen, dengan berbagai catatan. Tapi apa aksi yang akan diambil karyawan andai saja catatan yang bakal mereka tawarkan tidak dipenuhi, masih dirahasiakan. ‘’Ada empat keputusan yang disepakati, sambil kami menunggu keputusan manajemen,’’ kata koordinator Serikat Pekerja RAPP H Hamdani kepada Riau Pos di Pangkalankerinci. Saat diwawancarai, Hamdani didampingi lima orang pimpinan Serikat Pekerja dalam lingkungan RAPP.

Empat keputusan tersebut, pertama, karyawan sangat menyesalkan kebijakan PHK yang diambil oleh manajemen. Kedua, Karyawan menginginkan tidak akan terjadi lagi PHK pada perusahaan grup RAPP, jika hari ini (kemarin, red) sudah dilakukan. Ketiga, diserukan kepada Pemerintah Kabupaten Pelalawan, Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Pusat agar memperhatikan permasalahan bahan baku pada perusahaan RAPP. Keempat, terhentinya operasional RAPP akan membawa dampak kemiskinan baru terhadap ribuan orang.

Menurut mereka, hari ini 1.000 orang karyawan akan menerima panggilan resmi. Satu persatu mereka akan diberitahu, apa keputusan yang akan ditetapkan kepada orang per orang. Pilihannya cuma dua, PHK atau dirumahkan. Apapun keputusannya, Serikat Pekerja tetap melakukan konsolidasi untuk memperjuangkan catatan-catatan.

Catatan yang harus dipenuhi manajemen terkait rencana PHK ini adalah, pertama, PHK harus dilakukan menurut aturan ketenagakerjaan yang berlaku. Seperti pembayaran uang pesangon setara dengan 25 kali nilai gaji pokok dan sebagainya. Kedua, karyawan yang dirumahkan tetap diberikan gaji bulanan sebesar satu bulan gaji. Ketiga, jangka waktu merumahkan harus ditetapkan, dan pada saat waktunya telah sampai, mereka dipekerjakan kembali. Keempat, pada saatnya perusahaan kembali normal, karyawan yang telah di-PHK dapat mengajukan lamaran kerja kembali.

Selanjutnya, dalam masa menunggu berakhirnya krisis perusahaan, Serikat Pekerja ikut memperjuangkan nasib perusahaan ke pihak eksternal. ‘’Kami akan menemui Bupati, Gubernur dan Presiden RI Bapak SBY. Kami juga segera bicara dengan Komisi III, Komisi IV dan Komisi IX DPR RI. Maksudnya, meminta tanggungjawab pemerintah terhadap jaminan bahan baku industri pulp di Indonesia, khususnya RAPP. Kami akan mendesak dikeluarkannya paket regulasi baru yang membuka peluang tersediianya bahan baku,’’ tegas Hamdani.

Meski bakal didepak, karyawan RAPP sangat percaya bahwa kemelut yang terjadi bukan disebabkan kesalahan perusahaan. Namun lebih pada tidak adanya kepastian hukum hingga menjerat RAPP pada polemik tak berujung. Selain itu, selama ini pemerintah belum mampu memberikan iklim nyaman dalam investasi, misalnya tidak memberikan jaminan bahan baku industri pulp.
‘’RAPP tidak bersalah dalam perkara-perkara illegal logging yang pernah terjadi. Buktinya, tidak ada satu orangpun dari manajemen yang bisa dutetapkan sebagai tersangka,’’ tambahnya.

Dampak Krisis Ekonomi
PHK yang dilakukan RAPP ini merupakan dampak krisis finansial global sehingga menjadikan biaya produksi naik tinggi. Pernyataan ini diungkapkan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Riau Hamdani Tarigan kepada Riau Pos Kamis (20/11) kemarin, di Pekanbaru. Selain itu, banyaknya peraturan pemerintah yang menghambat investasi dan kepastian hukum tidak jelas di Riau juga menjadi sebab lain perusahaan melakukan PHK.

‘’Banyaknya pungutan liar dari preman dan kepastian hukum meupakan permasalahan yang ada saat ini. Inilah kondisi yang sangat memberatkan perusahaan. Sudahlah mengeluarkan biaya operasional besar, gaji karyawan harus dibayar juga,’’ jelas Hamdani Tarigan.

Menurut dia, RAPP mengambil keputusan untuk melakukan PHK terhadap 1.000 karyawan dan juga merumahkan sekitar 1.000 karyawan lainnya demi menjamin keberlangsungan operasional PT RAPP. Hamdani memastikan, masih ada lagi PHK lain yang akan dilakukan perusahaan di Riau. Dia memastikan sebanyak 1.000 karyawan lagi bakal di PHK.

‘’Semua kondisi sekarang karena krisis ekonomi yang berkepanjangan dan ekonomi global saat ini,’’ ujarnya.
Oleh sebab itu, Hamdani mengharapkan pemerintah lebih peduli dengan perusahaan. Seperti, peraturan daerah (Perda), penghambat investasi dihapuskan dan pemerintah harus bisa menjamin kepastian hukum bagi perusahaan.

Gubri Prihatin
Sementara itu Gubernur Riau (Gubri) Drs H Wan Abubakar MS mengaku prihatin dengan kebijakan PHK yang diambil PT RAPP. Gubri berharap, perusahaan bisa mengambil kebijakan yang lebih berpihak kepada karyawan sehingga tindakan PHK bisa diantisipasi.

‘’Yang jelas dengan kondisi yang ada saat ini kita sangat prihatin sekali. Kita sebenarnya tidak menghendaki hal itu terjadi, karenanya solusi terkait hal ini harus dicari dengan sebaik-baiknya sehingga karyawan tidak menerima dampaknya,’’ ujar Wan Abubakar di Pekanbaru, Kamis (20/11).

Menurut Wan Abubakar, titik persoalan yang harus ditelusuri adalah apakah tindakan ini diambil karena krisis global yang terjadi saat ini atau karena perusahaan kekurangan pasokan bahan baku akibat berbagai kebijakan yang dihadapi perusahaan tersebut. Jika persoalan yang dihadapi perusahaan karena terjadi krisis global, tentunya pemerintah pusat harus mencari keluarnya, karena persoalan seperti ini terjadi secara menyeluruh dan global tidak hanya di Riau saja akan tetapi dibelahan dunia lainnya. Sebaliknya kalau persoalan ini terjadi karena persoalan kekurangan bahan baku industri tentu jalan keluarnya juga harus dilakukan.

‘’Beberapa waktu lalu kita sudah meminta laporan dari perusahaan terkait hal ini secara tertulis, namun sampai sekarang perusahaan belum memberikannya,’’ ujarnya.

Berikan Peluang Direkrut Kembali
Nada keprihatinan juga diungkapkan Ketua DPRD Riau H Johar Firdaus. Meski demikian, Johar juga berharap, setelah melakukan PHK perusahaan juga memberikan peluang kepada karyawan yang di-PHK untuk direkrut kembali jika kondisi perusahaan sudah membaik.

‘’Memang pihak manajemen PT RAPP telah melakukan pertemuan dengan saya sebelum mereka memutuskan untuk mem-PHK 2.000 karyawannya. Dalam pertemuan tersebut langsung dihadiri oleh Dirut PT RAPP Rudi Fajar dan menjelaskan masalah yang dihadapi oleh perusahaan pulp terbesar di Asia tersebut,’’ kata Johar Firdaus.

Caleg DPRD Riau Dapil Rohil-Rohul nomor urut dua ini mengharapkan, kepada karyawan yang di PHK dapat sabar menerima cobaan ini. Di samping itu jika suatu saat situasi perusahaan sudah membaik, maka karyawan ini diproritaskan untuk diterima kembali.

Johar lebih jauh mengatakan, dalam pertemuan tersebut dirinya mengharapkan sebelum melakukan PHK terhadap karyawan, sedapat mungkin kebijakan tersebut melalui proses yang ketat. Dalam artian, antara tuntutan kondisi perusahaan dengan upaya PHK harus benar-benar dipertimbangkan secara matang.
‘’Memang situasi yang dihadapi perusahaan begitu sulit. Karena keterbatasan bahan baku, ditambah lagi dengan situasi krisis global menyebabkan perusahaan yang hasil produksinya diekspor ini tidak bisa mengambil alternatif lain selain melakukan PHK,’’ ujar Johar.

Selain memberikan prioritas untuk direkrut kembali, sesuai dengan ketentuan dan peraturan Tenaga Kerja, Johar mengharapkan pihak perusahaan dapat memberikan pesangon kepada karyawan yang di-PHK. Pesangon ini penting artinya bagi karyawan untuk menyambung hidup dan mempergunakan dana tersebut untuk usaha lainnya.

‘’Saya tadi juga sudah menyarankan kepada pihak manajemen RAPP untuk melakukan koordinasi dengan pihak aparat keamanan. Bagaimanapun PHK ini memiliki kerawanan sosial,’’ kata Johar mengakhiri. .(bud/new/wws/gem/bun/fia/ril)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Parlemen ala ‘’Cowboy’’

.
0 komentar

Catatan Akhir Pekan
Oleh YASRIL
Asisten Redaktur Pelaksana


‘’MENCARI yang tidak halal saja susah, apalagi yang halal. Resikonya ya, dipukuli orang’’ kata seorang penumpang oplet ketika melihat seorang copet dipermak massa.



Begitu ketatnya persaingan, sehingga sering orang lupa akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan etika-etika berlaku dalam menjalani kehidupan dan menghalalkan segala cara. Bahkan tidak sedikit orang berupaya membuat pembenaran-pembenaran sepihak. Sehingga yang salah pun terkadang dianggap sebagai hal yang lumrah.

Seperti yang dilakukan seorang copet. Karena tuntutan kehidupannya dan tidak ada pekerjaan lain yang menjadi topangan hidup, kejahatan pun dianggap suatu hal yang biasa.

Dalam tatanan kehidupan bermasyaarakat, persoalan serupa tidak hanya bisa dijumpai di masyarakat awam saja, tapi juga di sebagian kalangan intelektual atau calon inteletual, pengusaha, calon PNS atau PNS, anggota dewan atau pun calon anggota legislatif (Caleg) dan sebagainya.

Di lembaga wakil rakyat misalnya. Untuk mencapai keinginan duduk di kursi parlemen atau dewan, seorang caleg yang diusung partai akan melakukan berbagai cara agar keinginannya tercapai. Ada yang melakukan sosialisasi kepada kontestannya jauh-jauh hari. Ada yang bersandar pada kekuatan uang, sehingga tak segan-segan menjual harta benda, tanah, ternak, rumah, dan sebagainya. Bahkan ada pula yang melakukan kecurangan seperti memalsukan dokumen-dokumen, seperti ijazah, kartu tanda penduduk (KTP) dan sebagainya.

Tidak cukup sampai di situ saja, setelah duduk di lembaga terhormat dengan penghasilan dan fasilitas wah, terkadang masih ada oknum-oknum anggota dewan yang berprilaku cowboy, yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu, adu jotos di forum resmi dan ditonton rakyat banyak, berprilaku tidak wajar seperti main perempuan dan tidak mencerminkan keterwakilan rakyat.

Sebut saja masih adanya oknum anggota dewan yang dibagi dalam komisi-komisi dan seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat, malah sebaliknya mencari komisi fulus dari pihak-pihak tertentu, seperti dari pengusaha, eksekutif dan sebagainya.
Sehingga tidak sedikit dari para wakil rakyat kita ini harus berhubungan dengan aparat penegak hukum. Bisa jadi tersandung kasus korupsi, menerima pemberian uang komisi, main perempuan.

Dan ini tidak hanya terjadi di satu dua partai politik, dan di level nasional saja, tapi merambah ke daerah, tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Pertanyaannya, apakah ini memang suatu hal yang lumrah? Atau akibat kurang ketatnya seleksi yang dilakukan, baik di tingkat partai, lembaga komisi pemilihan umum (KPU), panitia pengawas pemilu, atau pun kontestan sendiri yang asal pilih.
Sebagai contoh kurangnya selektifnya proses pemilihan caleg terlihat di saat pengumuman dan sosialisasi caleg ke masyarakat. Kontestan hanya diperlihatkan pada nama, foto dan nomor urut saja, sementara identitas calon lainnya tidak diumumkan, seperti ijazah, alamat tempat tinggal, pengalaman organisasi.

Pengumuman yang tidak transparan dari lembaga KPU ini jelas memberi andil terlahirnya caleg-caleg cowboy di parlemen. Sebab, tanpa pengumuman yang transparan itu masyarakat tidak bisa menilai, apakah para seorang calon itu sudah bersikap jujur atau malah sebaliknya melakukan pembohongan publik, seperti memalsukan ijazah atau KTP, pernah terpidana dan sebagainya.

Bahkan bisa jadi caleg yang diusung parpol itu tidak terbiasa dalam organisasi kemasyarakatan dan tidak memiliki pandangan luas terhadap kepentingan rakyat. Jika orang-orang seperti ini yang terpilih, bukan tidak mungkin setelah masuk ke lembaga terhormat hanya mampu datang duduk diam duait (4D).

Artinya masuk ke lembaga ini hanya untuk datang menandatangai absen, duduk sebentar, kalau pun ada yang akan dibahas hanya diam, karena tidak menguasai masalah dan ujung-ujungnya menerima duit atau uang honor.

Kalau inilah yang akan terjadi pada 2009 nanti, sungguh suatu penyesalan panjang bagi rakyat Indonesia. Karena baru bisa memilih lagi setelah lima tahun kedepan..
Tapi yang pasti, cara-cara seperti ini tidak boleh lagi terjadi di lembaga wakil rakyat. Wakil rakyat haruslah benar-benar menjadi lembaga yang menyuarakan aspirasi rakyat, bukan sebaliknya sebagai ladang rupiah atau dolar bagi mereka yang duduk di sana.

Nah, jika ini yang kita maksudkan, maka seharusnya pula, dalam Pemilu legislatif 2009 nanti, rakyat jangan lagi terkecoh oleh ulah oknum-oknum caleg yang bakal jadi cowboy di parlemen.***
yasril123@yahoo.co.id
yasrilriau.blogspot.com

Klik disini untuk melanjutkan »»

Wednesday 19 November 2008

Lintang Si Anak Malang

. Wednesday 19 November 2008
0 komentar

Pendidikan dasar adalah wajib dan terbuka bagi semua anak-anak.
Konvensi Hak-hak Anak PBB, 20 November 1989

Namanya Lintang, murid kelas enam sekolah dasar. Ayah ada, ibu tiada. Anak kecil berkulit hitam yang telah piatu ini tak punya seragam sekolah yang layak, tak memiliki cukup buku pelajaran dan bahkan pergi ke sekolahnya dengan berkaki ayam. Tapi, Lintang tetap sangat bersemangat untuk bersekolah, tersebab ia punya cita-cita yang tinggi; tak ingin jadi kuli. Sama sekali ia tak peduli dengan kemiskinan yang mendera diri dan keluarganya.


Lintang memang seorang anak dari keluarga miskin. Ayahnya, hanya seorang nelayan, yang hanya menggantungkan hidup dari lautan luas dan tak ada pekerjaan lain. Bila laut memberikan ikan-ikannya, maka Lintang, ayah dan tiga adik-adiknya bisa makan, bisa hidup. Tapi sebaliknya, bila laut tak memberikan rezeki apapun kepada sang ayah, maka Lintang pun hanya bisa menghibur adik-adiknya agar bersabar dan banyak berdoa untuk ayah mereka.

Meski hanya anak seorang nelayan miskin, Lintang diberikan Allah SWT anugerah otak yang topcer. Pada mata pelajaran berhitung misalnya, Lintang mampu menambah, mengali, membagi atau mengurangkan angka-angka, di luar kepalanya dan dalam waktu yang sangat cepat pula. Ketika cerdas-cermat antar-SD se-kecamatan, Lintang menjadikan sekolahnya, SD Muhammadiyah menjadi Juara 1, karena soal terakhir tentang berhitung dijawabnya dengan cepat dan benar.

Meraih prestasi Juara 1 Cerdas Cermat se-Kecamatan, membuat Lintang riang bukan kepalang. Ia pun ingin memperlihatkan piagam penghargaan yang diraihnya itu kepada ayahnya tercinta secepat-cepatnya. Dengan amat kencang, sepeda dikayuhnya saat pulang menuju rumah.

Tapi apalah daya, ketika sampai di rumah, hanya adik-adiknya yang menunggu. Sementara sang ayah, belum pulang melaut. Lintang pun menunggu, menunggu, di depan gubuknya yang reot. Sehari..., dua hari..., sampai lima hari, ayahnya tak juga pulang melaut. Saat memandang ke langit yang gelap, air mata Lintang meleleh. Ia sadar benar, ayahnya tercinta, tak akan pernah kembali lagi ke rumah. Ayahnya telah tiada karena laut telah menelannya.

Sepucuk surat pun, kemudian, dilayangkan Lintang kepada gurunya, Muslimah dan teman-temannya di SD Muhammadiyah. Isi suratnya singkat, ‘’Ayahku telah meninggal dan aku berhenti sekolah.’’
Begitulah akhir kisah Lintang. Yatim-piatu berotak topcer ini, yang memiliki semangat sekolah sungguh-sungguh luar biasa, berprestasi hebat dan bercita-cita tinggi, akhirnya memilih menyerah. Hidup yatim-piatu, kemiskinan yang mendera dan kewajibannya menghidupi adik-adiknya, memaksa Lintang harus meninggalkan mimpi-mimpinya dan mengambil keputusan pahit: putus sekolah!
Kisah Lintang yang malang itu, hanyalah penggalan film Laskar Pelangi, yang belakangan ini sedang ramai ditonton masyarakat Kota Pekanbaru. Meski hanya sebuah film, namun keadaan serupa, di alam nyata di Indonesia, termasuk di Riau, masih banyak terjadi.

‘’Universal Education’’
Hari ini, hampir dua dasawarsa yang lalu, tepatnya 20 November 1989, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyepakati Konvensi Internasional Hak-Hak Anak. Salah satu pasal dalam konvensi itu, yakni pasal 28, menegaskan bahwa ‘’Pendidikan dasar adalah wajib dan terbuka bagi semua anak-anak.’’ Pasal ini merupakan tindak lanjut dari pasal 26 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) PBB yang menyatakan ‘’Setiap orang berhak atas pendidikan. Pendidikan harus cuma-cuma, paling tidak pada tahap-tahap awal dan dasar...’’

Indonesia sebagai salah satu negara peserta konvensi dan tergabung dalam PBB menyatakan sepakat dengan ketentuan yang menegaskan ‘’Anak-anak wajib bersekolah’’ itu. Bahkan sejak 1984, Indonesia telah menggulirkan Program Wajib Belajar (Wajar, compulsory education), dari enam tahun, kemudian sembilan tahun untuk anak-anak di negeri ini. Program Wajar ini adalah program yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak-anak usia sekolah untuk menikmati pendidikan tanpa beban biaya apapun.

Pada beberapa daerah ‘surplus’ APBD, terutama kabupaten/kota yang kaya SDA di daerahnya, seperti Kabupaten Bengkalis, Program Wajar itu bahkan sudah sampai 12 tahun. Di negeri Terubuk itu, Wajar 12 Tahun telah diresmikan Bupati Bengkalis H Syamsurizal dengan 12 kali pemukulan gong pada saat peringatan Hari Pendidikan Nasional 2005 lalu.

Karena Program Wajar berimplikasi terhadap pembebasan biaya pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah, maka dengan Wajar 12 Tahun itu, seluruh anak-anak yang berusia sampai 18 tahun di Kabupaten Bengkalis, diwajibkan bersekolah sampai tamat SMA. Bilamana ada yang tidak mampu membiayai seperti kisah Lintang yang malang dalam film Laskar Pelangi, maka Pemkab Bengkalis yang mengambil-alih tanggungjawab membiayainya.

Tentu saja, bukan hanya Kabupaten Bengkalis di Indonesia yang kini sudah menerapkan Program Wajar 12 Tahun itu. Sejumlah daerah, sebut saja Kabupaten Jembrana di Provinsi Bali, Kabupaten Kediri di Jawa Timur, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta di DI Yogyakarta, Kota Samarinda di Kalimantan Timur, Kota Palangkaraya di Kalimantan Tengah, juga telah menerapkan Wajar 12 Tahun itu.
Kota Bantul di DI Yogyakarta adalah salah satu daerah yang patut ditiru karena kepeduliannya yang luar biasa terhadap pendidikan anak-anak di daerahnya. Sebelum menerapkan Wajar 12 Tahun pada 2005 lalu, Pemkab Bantul melakukan penelitian terhadap anak-anak yang lulus SMP di daerahnya, kemudian dibandingkan yang mendaftar di SMA-sederajat. Ternyata, dari 11.000 lebih lulusan SMP, hanya 9.500 kurang yang mendaftar di SMA. Selebihnya tidak bisa mendaftar atau putus sekolah dengan alasan terbesar tidak mempunyai biaya.

Berlatar belakang fakta inilah, kemudian Pemkab Bantul menerapkan Wajar 12 Tahun. Sejumlah program pun digulirkan untuk menyukseskan Wajar 12 Tahun itu, seperti program retrieval, beasiswa, community college, Paket C terhadap yang putus sekolah dan lain-lain.
Tentu saja kita bangga dan memberikan dua jempol untuk daerah-daerah yang concern dan peduli dengan pendidikan anak-anak, terutama pada daerah-daerah yang memberlakukan Wajar 12 Tahun, sekaligus menerapkan universal education (pendidikan dapat dinikmati semua anak) di daerahnya, termasuk untuk anak-anak dari keluarga miskin.

Pada daerah-daerah concern seperti itu—yang telah menerapkan compulsory education dan universal education sekaligus— pemerintahnya tentu telah membentang selangit harapan; Takkan ada anak-anak di negeri ini yang bernasib seperti Lintang si anak malang!

Zulmansyah, wartawan, Ketua Pokja Sosialisasi dan Advokasi KPAID Riau.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tuesday 18 November 2008

Lima Bangunan di Kuala Enok Amblas ke Sungai

. Tuesday 18 November 2008
0 komentar

TEMBILAHAN (RP) - Satu unit los pasar ikan, dua petak warung dan dua petak bangunan ditambah beberapa meter jalan di Kuala Enok, Kecamatan Tanah Merah, Selasa (18/11) sekitar pukul 01.30 WIB dinihari amblas ke Sungai Enok.


Tidak ada korban jiwa akibat musibah ini, karena saat itu pemilik warung sedang tidak berada di lokasi kejadian. Penyebab musibah tersebut ditengarai karena perbedaan air surut dan pasang yang sangat ekstrim beberapa saat sebelumnya. Itu ditengarai memicu bergeraknya daratan ke dasar sungai. Sebelumnya, di lokasi yang sama sudah kerap terjadi musibah serupa.

Camat Tanah Merah, Junaidi S Sos MSi kepada Riau Pos, Selasa (18/11) menjelaskan saat kejadian sedang berlangsung hujan deras. Ketika itu ketinggian permukaan air hanya 0,1 meter sedangkan pada siangnya ketinggian air pasang 4,4 meter. Perbedaan ketinggian air yang sangat menyolok itu menurutnya membuat daratan menjadi goyah, apalagi struktur tanah di wilayah itu memang labil karena berada di pesisir, berhadapan dengan Selat Berhala.

‘’ Di wilayah kejadian itu ada palung yang sangat cekung. Karena itu saat ada perbedaan tajam antara ketinggian air pasang dan surut bakal membuat wilayah tersebut anjlok. Yang longsor pada Selasa dinihari itu adalah lapis ketiga, dua lapis sebelumnya sudah anjlok beberapa tahun silam. Di lokasi ini memang bukan pemukiman masyarakat, tetapi kawasan pasar, oleh sebab itu tidak ada korban jiwa.’’ ujarnya.

Bersamaan dengan longsor itu, ikut amblas pula tanah kavlingan milik masyarakat. Luas tanah kavlingan yang amblas itu menurutnya sekitar 10 kavling. Karena merupakan kawasan ekonomi, harga satu kavling tanah itu cukup tinggi, mencapai Rp 50 juta. Selain itu, di sejumlah tanah kavling tersebut sudah ada yang mendirikan tapak bangunan yang akan dijadikan ruko.

Secara ekonomi, lokasi ini dimilliki oleh kalangan berduit. Sementara waktu, pasar ikan dipindahkan ke wilayah lain supaya aktivitas warga tidak terganggu. Pihak KecamatanTanah Merah, kata Junaidi sudah menyampaikan kejadian itu kepada Pemkab Inhil. Nantinya diharapkan ada bantuan dan langkah selanjutkan mengantisipasi supaya tidak terjadi lagi musibah serupa di lokasi ini.

Kini, satu kawasan lainnya yang berada di sekitar tower milik Telkomsel pada Sungai Perigi juga rawan dengan longsor. Penyebabnya sama, karena lokasi tersebut berada di tepian sungai yang menjadi tempat pertemuan arus Sungai Enok dan Sungai Indragiri. Palung yang ada di sekitar lokasi itu suatu waktu dapat mengancam longsor pemukiman warga dan aset milik Telkomsel tersebut.

Oleh sebab itu, pihaknya sudah meminta kepada warga yang bermukim di wilayah tersebut senantiasa berhati-hati dan waspada. Jika suatu waktu ada perbedaan sangat ekstrim antara pasang dan surut serta hujan deras, warga disarankan keluar dari lingkungan itu. Lokasi itu pun sejatinya berdekatan dengan Kantor Camat Tanah Merah.

‘’ Kota Kuala Enok kan berada di tepian Selat Berhala dan pertemuan arus sungai dengan kondisi tanah yang sangat labil. Oleh sebab itu, pada titik tertentu sangat rawan dengan bencana longsor. Setiap tahun ada saja kejadian longsor ini. Kita pun sudah mengingatkan kepada warga agar tidak lagi membangun di sekitar tepian sungai, tetapi ke daratan untuk menghindari hal itu,’’ ucap Junaidi.(yon)

Klik disini untuk melanjutkan »»

1.000 Petani Sawit Pilih Jadi Akseptor KB

.
0 komentar

FENOMENA menarik di balik anjloknya harga tandan buah segar (TBS) sawit terjadi di Kecamatan Bagansinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Hampir 1.000 petani sawit yang tergolong pasangan usia subur (PUS) memilih menjadi akseptor KB.


Ini mereka lakukan guna mengantisipasi gejolak ekonomi keluarga akibat anjloknya harga sawit. ‘’Dalam situasi sulit seperti saat ini menjadi akseptor KB secara aktif, adalah solusi terbaik bagi masyarakat,’’ kata Kabid KB-KR BKKBN Riau, Drs H Indrawarman M Msc MM saat melaksanakan pelayanan KB Gratis di Bagansinembah, Selasa (18/11).

Menurut Indrawarman, sikap dan langkah yang ditempuh para petani sawit itu sangat tepat. Sebab, paparnya jangankan untuk beli peratan rumah tangga, pendidikan anak, alat kontrasepsi, untuk makan saja masyarakat sudah menjerit. Karena hampir 80 persen kehidupan masyarakat di Kecamatan Bagansinembah hidup dari komoditi sawit. Sementara harga sawit sendiri saat ini anjlok.

Langkah yang ditempuh hamir 1.000 PUS dari jumlah penduduk Bagansinembah yang mencapai 120.000 jiwa atau 26.000 KK itu diharapkan juga diikuti petani sawit di wilayah lain di Riau. Dengan cara itu, papar Indrawarman secara tidak langsung akan mampu membantu perekonomian keluarga.

‘’Bayangkan saja, jika anggota keluarga setiap tahun bertambah, terjadi kehamilan, persalinan. Semua perlu biaya besar. Ini perlu jadi pertimbangan dan setiap keluarga perlu membuat perencanaan,’’ katanya di hadapan Camat Bagan Sinembah yang diwakili Kasi Kessos, Darsono SE, Pimpinan Puskesmas Bagan Batu dr Yosefat, kepala desa dan para kader Posyandu.

Bagi BKKBN Propinsi Riau sendiri paparnya, pelayanan KB Gratis yang dilaksanakan ini adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan KB kepada masyarakat, terutama bagi pasangan usia subur (PUS) baru. Karena kelembagaan KB di masing-masing kabupaten/kota sampai saat ini belum tersusun SOTK, kalaupun ada baru sebatas Perda.

Dipaparkannya, secara ilmiah penggunaan alat kontrasepsi terbukti mempunyai manfaat yang nyata bagi kesehatan ibu dan anak, kehidupan reproduksi keluarga. Dan lebih luas lagi kesejahteraan dan ketahanan keluarga. ‘’Dengan menggunakan kontrasepsi pasangan suami isteri dapat merencanakan kehamilan, terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan dan akhirnya mengurangi risiko kesakitan dan kematian karena hamil, persalinan dan nifas,’’ ungkap Indrawarman lagi.(ril)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Monday 17 November 2008

Teknik Peliputan dan Wawancara

. Monday 17 November 2008
0 komentar

Oleh Yasril
Salah seorang peserta pelatihan jurnalistik bertanya, ‘’Apakah kebebasan yang dimiliki seorang wartawan merupakan kebebasan absolut. Lantas kenapa terjadi pengusiran wartawan dan pemukulan wartawan saat peliputan berita,’’


SUATU hari saya mendatangi pejabat yang sebelumnya marah-marah akibat pemberitan tentang di media massa. Padahal tujuan saya untuk konfirmasi berita lainnya, meski dalam hati, terbersik kemungkinan Sang pejabat akan marah besar bila berjumpa saya, seperti yang dialami rekan wartawan lainnya.

‘’Tok, tok, tok,… Assalammualaikum,’’ sapa saya dari balik pintu berkaca film. Saya memperhatikan, sang pejabat tengah asyik dengan tugas rutin-- memperhatikan cacatan yang ada di mejanya.
Tak lama kemudian terdengar suara dari dalam ruangan, ‘’Ya, waalaikum sallam, masuk,’’ katanya singkat.

‘’Sebentar ya, silakan duduk, paparnya lagi sambil terus menyelesaikan tugas rutinnya. Taka lama kemudian ia pun bangkit dari tempat duduknya menuju sofa dan saya pun berdiri sambil mengulurkan tangan, sambil berucap, ‘’ Sehat, pak.’’ ‘’Ya, Alhamdulillah,’’ katanya sambil duduk.

‘’Bagaimana? Ada berita lagi,’’ katanya sambil mengarahkan ke berita sebelumnya. ‘’Saya kena marah sama pak wali. Keluarga saya malu, anak saya sudah SMA, malu sekolah. Tapi, saya terima kasih, anda memuat lengkap konfirmasi. Cuma kawan-kawan lain tu,..,’’ tuturnya lagi.

‘’Ah,… biasalah Pak. Kalau bagi kami, berita yang akan diturunkan itu harus lengkap. Ada konfirmasi. Satu lagi, kita boleh mencubit orang, tapi orang tidak merasa sakit. Kita boleh menampar muka pejabat, tapi pejabat senyum.’’ ‘’Bagaimana pula caranya,’’ Tanya pejabat bersangkutan. Suasana yang semula terlihat agak tegang pun mencair.

***

RESEP ini sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi dunia jurnalistik. Saya sendiri mendapatnya dari Pak Dahlan Iskan, big bosnya Jawa Pos Media Grup, sekitar 15 tahun silam—Saat mengikuti penataran bagi redaktur-redaktur halaman Kota se Jawa Pos Grup di Surabaya. Bagi Pak Dahlan sendiri, ilmu tersebut tentulah ia dapatkan jauh-jauh hari, bahkan mungkin sudah ada sejak generasi sebelum-sebelumnya.

Kembali ke pertanyaan peserta pelatihan tadi, kenapa terjadi pengusiran dan mungkin juga pemukulan wartawan dengan dalih kebebasan pers dan dilindungi undang-undang.

Jawabnya singkat. Mungkin si wartawan tidak jujur dalam mencari berita. Mungkin juga terjadi miss komunikasi dan perlunya intropeksi diri.

Inilah yang sering terabaikan oleh sebagian kaum jurnlis, terutama bagi pemula. Padahal meski di negeri ini ada kebebasan pers dan itu dilindungi oleh undang-undang, tidak serta-merta bebas melakukan semaunya. Artinya masih ada etika-etika yang harus dilalui dan dilakukan oleh seorang jurnalis.

Dan di sini pulalah peran lembaga kehumasan yang dibentuk di masing-masing instansi, baik pemerintahan maupun swasta, baik elsekutif, legislative dan yudkatif. Humas diharapkan bias menjembatani antara tugas-tugas kewartawanan dengan nara sumber. Makanya humas dan wartawan diharapkan mampu sinergi dengan tugas-tugas kewartawanan yang dilakoni pers.

Salah satu praktik nyata di lapangan, yang harus dilakukan oleh seorang wartawan adalah memperkenalkan diri dan media kita kepada nara sumber yang akan diwawancarai. Mungkin bisa dimulai dengan kata-kata Assalammualaikum, selamat siang, selamat malam, salam sejahtera dan lainnya.

Ini perlu dilakukan, terlebih lagi terhadap nara sumber yang baru pertama kali kita kenal. Kita harus permisi kalau masuk ke rumah orang, jangan mentang-mentang kita memegang kebebasan, lantas semaunya. Sekali lagi jangan

Kalau perlu berjabat tangan dan menanyakan kondisi kesehatannya. Dari sana akan terlihat kemungkinan apakah seorang pejabat itu akan bisa menjawab pertanyaan yang nantinya akan kita ajukan atau tidak

Tujuannya, adalah agar dalam proses peliputan, reportase tidak mengalami kendala berarti. Tidak dianggap macam-macam. Ya mungkin mata-mata, intel, atau pun wartawan gadungan. Setidaknya kita telah membuka hubungan dengan nara sumber dengan arif dan bijak.

Langkah selanjutnya barulah masuk pada inti persoalan yang kita maksud. Di sini pun sebaiknya tidak langsung pada pertanyaan yang menghujam atau menikam nara sumber. Tapi mulailah dengan hal-hal yang sederhana, dan secara perlahan barulah masuk pada pokok persoalannya.

Untuk memulai itu semua tentulah seorang wartawan harus menguasai persoalan yang akan ditanyai atau diliputnya itu. Ini akan didapat kalau wartawan seing membaca, mendengar dan melihat. Membaca berita orang lain, membaca berita kita sendiri, buku-buku atau majalah dan sebagainya. Sebab jika tidak, selain akan akan terputusnya komunikasi dua arah, si wartawan akan melongo dengan ketidaktahuannya terhadap persoalan.

Bahkan bukan tidak mungkin akan timbul persepsi dari nara sumber, ‘’wartawan apa ini?’’. Sementara di benak banyak nara sumber, wartawan dianggap orang yang serba tahu, karena sesuai tugasnya mencari tahu terhadap sesuatu dan akan diinformasikan pada orang lain.

Selanjutnya, karena dalam penulisan berita atau laporan, seorang wartawan tidak akan terlepas dari konsep dasar penulisan yakni unsure 5 W + 1H (what--apa, who--siapa, why--mengapa, when--kapan, where—di mana, how—bagaimana), sebaiknya memulai pertanyaan dengan kata-kata tersebut. Sehingga wartawan pun akan terbantu dalam penulisan berita atau laporan.

Bagi para pemula, kalau perlu sebelum mewawancarai, dibuatkan dulu kisi-kisi pertanyaan, sehingga runut. Selain perlunya buku catatan atau alat tulis, kalau dapat juga tersedia rekaman, sehingga bisa meminimalisir kemungkinan yang terlupa atau tertinggal. Atau untuk membedakan mana-mana yang off the record, saat penulisan .

Lain halnya bagi seorang wartawan yang bepengalaman dan menguasai masalah. Terkadang, di lapangan kita melihat adanya seorang wartawan yang terkesan tidak mempergunakan alat tulis atau rekaman pada sat wawancara. Tapi proses wwancara tetap berlangsung dan hanya mengandalkan daya ingat dan penguasaan masalah. Alata tulis dan rekaman terkadang hanya dimanfaatkan untuk hal-hal yang urgen. Seperti untuk merekan statemen-statemen yang khusus. Atau mencatat identitas nara sumber dan sebagainya.

Pengajuan pertanaan oleh wartawan yang berpengalaman sekali pun, tetap saja mengacu pada unsure-unsur pemberitan yang memuat unsure 5 W + 1 H itu. Bedanya, mungkin pada penggunan kata-kata Tanya. Mereka umumnya lebih pada sifat menggali dengan banyak menggunakan kata-kata, why dan how (mengapa, bagaimana).

Sebab, pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata mengapa dan bagaimana itu, umumnya akan menghasilkan jawaban panjang dan uraian. Beda halnya dengan kata-kata ; dimana? Jawabnya hanya satu (si sini atau di sana), siapa? Jawabnya hanya satu (si Polan, si Badu atau lainnya), Kapan? (kemarin, tadi dan sebagainya), atau pertanyaan yang dimulai dengan kata apakah? (jawabnya juga singkat ya atau tidak.)

Kalau seorang wartawan memulai pertanyaan dengan kata-kata mengapa dan bagaimana?, maka selain kemungkinan mendapatkan jawaban lebih panjang dan lengkap, juga akan bisa menimbulkan pertanyaan galian lainnya. Bahkan bukan tidak mungkin dari pertanyaan-pertanyaan itu akan didapat data-data dan fakta baru yang menarik untuk diberitakan.

Satu hal lagi, jangan puas hanya dengan satu nara sumber. Lakukan check dan recheck dan kalau bisa peroleh data-data pelengkap lainnya.

Terkait pencantuman identitas nara sumber, seorang wartawan perlu mengetahui secara lengkap, kalau perlu dengan titel dan kepangkatan atau gelarnya. Dan jangan malu untuk meminta agar nara sumber menulis sendiri identitasnya. Agar dalam penulisan nantinya tidak salah.

***

Jika ini telah dilakukan dan mendapatkan materi berita yang cukup memuaskan, barulah masuk pada penulisan berita yang dimaksud.

Khusus masalah penulisan berita, yang terpenting diperhatikan adalah penggunaan kata-kata, tata bahasa, kalimat dan sebagainya. Karena pembaca berita yang anda buat itu berasal dari berbagai ragam etnis, suku, agama, ras dan sebagainya. Jangan sampai ada yang menyinggung ranah SARA. Berita harus seimbang, dan tidak memihak.

Selamat Mencoba wawancara.***

Klik disini untuk melanjutkan »»

Friday 14 November 2008

Memformat Ulang Pola Pikir Kaum Reformis

. Friday 14 November 2008
0 komentar

Salahkah Kita Memuji Keberhasilan Soeharto
* Soekarno: Ingat, Semua Kita Guru

PRO dan kontra yang dilontarkan sejumlah politisi dan sejarawan terhadap gelar yang disandang mantan Presiden RI Jenderal Besar Purnawirawan HM Soeharto sebenarnya mekin memperlihatkan ke dunia luar bahwa ternyata bangsa ini belum dewasa dan belum mampu menghargai seseorang. Haruskah ini selalu ditularkan ke anak cucu kita?


Sikap pro kontra soal Soeharto menarik dibicarakan. Sebab, selain sosok Soeharto sebagai penguasa Orde Baru yang mampu bertahan lebih tiga dasa warsa di kusri kepemimpinan, Presiden kedua RI ini juga telah mampu membawa arah negeri ini di berbagai bidang dan aspek kehidupan. Baik dalam skala nasional maupun internasional.

Namun demikian, sebagai pribadi, Soeharto juga seorang manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Sama halnya dengan sejumlah politisi ataupun calon politisi serta sejarawan, guru, polisi, presiden setelah Soharto, seperti BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY), calon presiden, dan juga saya sendiri.

Sebagai makhluk Allah yang hidup di dunia fana ini, kita semua tidak ada yang benar dan tidak dibenarkan mengakui bahwa kitalah yang benar. Karena kebenaran dan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah, Sang Penguasa.

Lantas salahkan PKS memasang foto Soeharto di hari pahlawan 2008? Tentunya tidaklah. Sebab, selain merupakan hak dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tentulah mereka memiliki landasan-landasan mendasar kenapa memakainya.

Haruskah kita marah PKS memasang gambar Soeharto pada hari Pahlawan 2008. Tentunya tidak dan tidak perlu ada yang merasa tersinggung, merasa marah dan merasa benci. Bukankah dalam nilai-nilai kegamaan—agama manapun kita tidak dianjurkan untuk membenci seseorang.

Sebab belum tentu orang yang kita benci itu lebih jelek dari orang yang membenci. Dan belum tentu pula orang yang membenci itu lebih baik dari pada orang yang dibenci. Allah saja yang penguasa alam semesta—langit dan bumi mau mengampuni umatnya, kenapa kita sesama manusia tidak mau saling memaafkan. Sungguh suatu hal yang sangat disayangkan. Nauzubillah.

Orang bijak pernah mengatakan, suatu negeri tidak akan jadi besar kalau hanya dipupuk dengan kebencian dan kebencian. Bukankah pula mantan Presiden pertama RI Ir H Soekarno pernah mengatakan, ‘’Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa-jasa pahlawannya.’’

Konsep pahlawan di sini paun harus pula diartikan secara luas, bukan sekadar orang yang berjuang di medan tempur saja, tapi juga orang yang mengisi pembangunan. Soeharto sendiri selain sebagai pejuang juga mengisi kemerdekaan. Banyak sudah yang ia perbuat untuk kemajuan bangsa ini, meski ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

Lantas salahkah kita mengatakan bahwa Soeharto guru bangsa? Tentulah tidak, bukankah Soekarno mengatakan semua kita ini pada dasarnya guru. ‘’Bapak dan ibu guru oleh anaknya, tokoh masyarakat guru bagi masyarakat, pemimpin guru bagi yang dipimpinnya. Presiden, raja juga guru bagi rakyatnya.’’

Demikian juga langkah yang diperbuat PKS, adalah guru bagi kontestannya dan juga masyarakat banyak. Mungkin dengan maksud mengajak rakyat berpikir realistis, bisa membandingkan kesalahan dan kebaikan, mengajak untuk warga menghargai pemimpin dan mantan pemimpinnya.

Kalaulah misalnya seorang Budiman Sudjatmiko (caleg PDIP), Ketua DPP Partai Matahari Bangsa (PMB) Yusuf dan politisi asal PKB Marwan Dja’far dalam dialektika demokrasi yang digelar di Press Room DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (14/11), menganggap PKS sebagai pengkhianat reformasi hanya karena menyebut Soeharto sebagai guru bangsa.

Atau anggapan dari Yusuf, bahwa iklan yang ditampilkan PKS tidak lebih dari upaya pembohongan dan pembodohan publik. ‘’Sesuai dengan iklan itu sendiri yang sebenarnya merupakan upaya pembohongan publik,’’ tegasnya.

Begitu juga Marwan menyebut PKS sebagai partai yang eksklusif dan secara mazhab tidak jelas. Sehingga, Fachri dari FPKS pun meluruskan bahwa apa yang dilakukan PKS tidak lebih dari semangat rekonsiliasi.

Menurut dia, tidak ada gunanya masyarakat Indonesia masih saling salah-menyalahkan. Lebih baik semua berpikir ke depan bagaimana membangun Indonesia yang lebih baik tanpa dibayang-bayangi rasa dendam. ‘’Lagi pula di balik kesalahan Pak Harto, beliau juga punya banyak sekali jasa terhadap bangsa ini,’’ ungkapnya.

Bahkan menurut saya bukan tidak mungkin, yang diperbuat PKS itu adalah hal yang benar, dengan cara mereformasi (menformat ulang) cara berpikir selama ini untuk kembali memiliah-milah antara kesalahan dan kebenaran. Mengajak bangsa ini berpikir secara logis dan realistis.

Sebab, meski pun seorang Budiman Sudjatmiko menilai banyak kesalahan Soeharto selama 32 tahun menjabat sebagai Presiden, namun tidak sedikit pula keberhasilannya. Baik di tingkat nasional maupun internasional.

Salah satu hal yang kecil saja misalnya, kita semua bisa bersekola, belajar bahkan mendapatkan gelar sarjana juga karena adanya andil atau keberhasilan Soeharto. Haruskah kita menutup mata tentang hal itu? (ril)***

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tuesday 11 November 2008

Ketika Banyak ''Pagar'' yang Makan Tanaman

. Tuesday 11 November 2008
0 komentar

Kasus Pencabulan pun Merajalela
KIAMAT! Demikian ungkapan kekesalan banyak orang yang mendengar, melihat, membaca dan menonton tentang berita pencabulan, pemerkosaan dan kegiatan maksiat sejenisnya. Betapa tidak, hampir tiap hari media massa, baik cetak maupun elektronika menginformasikan adanya aksi pencabulan, pemerkosaan di seantero negeri ini.


Kasus pencabulan itu tidak saja dilakukan oleh ‘’Apak Rutiang’’ yang mengambil istilah tingkah laku ikan ruting atau gabus yang memakan anaknya sendiri, tapi aksi banal ini pun banyak dilakukan orang-orang yang seharusnya dijadikan sebagai panutan, pelindung bahkan juga pendidik. Bahkan berita yang lagi hot-nya di negeri ini adalah Guru cabuli Murid, Polisi Cabuli Mahsiswa.
Pertanyaannya, kalau dulu ada istilah guru kencing berdiri, murid kencing berlari, lantas kalau guru cabuli murid, murid cabuli siapa???
Berita yang juga nengebohkan beberapa waktu lalu adalah anak cabuli ibu kandung, ya.. mungkin seperti legenda Sangkuriang lah. Nauzubillah.

Mungkinkah ini pertanda kiamat kecil yang diperlihatkan Allah SWT agar menjadi pelajaran bagi umat-umat lainnya. Bukankah Allah SWT dalam Alquran juga sering mengingatkan manusia dengan sebutan ‘’Apakah anda tidak berpikir?’’

Seharusnya kejadian-kejadian kasus pencabulan, baik yang dilakukan ayah pada anaknya, anak pada ibunya, abang pada adiknya kandungnya, guru pada muridnya dan juga polisi kepada masyarakat bisa dijadikan pembelajaran, agar yang lainnya mengindarinya dan meningkatkan ketaqwaan pada-Nya.

Kalaulah disimak satu persatu atau kasus per kasus, kejadian itu tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan yang sarat dengan sikap individualisme, mulai kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama, tapi juga terjadi di wilayah pedesaan. Seperti yang terjadi di sejumlah desa di beberapa kabupaten/kota di Riau.

Lantas semua itu salah siapa?
Jawabnya, cukup banyak. Tentulah banyak. Diantaranya mulai menipisnya seraapan nilai-nilai agama dan budaya yang oleh tetua-tetua negeri ini dulu disebut adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Kurangnya penerapan nilai-nilai luruh di dalam keluarga sebagai akibat tekanan ekonomi. Sehingga kepala keluarga kurang mengontrol perkembangan anak atau anggota keluarga.

Faktor lainnya, kurangnya fungsi guru sebagai pendidik. Guru baik guru sekolah umum, sekolah agama lebih banyak berfungsi mentransper ilmu koqnitif kepada anak disbanding upaya mendidik. Konsep mendidik sudah banyak disalahtafsirkan. Bahkan tidak itu saja, terkadang guru pun tidak jarang yang melakukan kesalahan fatal, seperti mencabuli murid atau anak didik mereka. Nauzubillah.

Penyebab lain yang tak kalah pentingnya adalah factor kebebasan kemajuan teknologi yang juga sering disalah artikan oleh sebagian kalangan. Sehingga kebebasan yang dilakukan adalah kebebasan absolut tanpa batas. Ini jelas akan berpengaruh pada peningkatan jumlah dekadensi moral di negeri ini.

Lantas, apakah semua itu tidak bisa diatasi.
Jawabnya, tentulah bisa, asal ada kemauan bersama baik dari keluarga, masyarakat dan pemerintah, termasuk dari penegak hokum sendiri. Namun kunci utama untuk mengantisiapsi semua itu berada di level terendah yang bernama keluarga. Yakni dengan langkah menciptakan keluarga sakinah, mawadah warahmah, yang kesemua itu bisa terlaksana bila semua pasangan, terutama pasangan usia subur (PUS) di negeri ini selalu melakukan perencanaan dalam keluarga atau dengan istilah lain Keluarga Berencana.

Sebab Keluarga Berencana dalam arti luas bukalah hanya bicara soal alat kontrasepsi (Alkon) semata, tapi juga bicara tentang upaya-upaya menciptakan keluarga yang berkualitas. Baik dalam bidang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya.
Terakhir, makanya ikuti program keluarga berencana.***

Klik disini untuk melanjutkan »»

Monday 10 November 2008

Sejumlah Aset Vital di Riau Dikawal

. Monday 10 November 2008
0 komentar

MESKI trio boomber (Amrozi, Imam samudra dan Mucklas0 telah dieksekusi mati Sabtu dini hari (8/11), pemerintah dan aparat kemanan tetap meningkatkan kewaspadaan. Buktinya, sejak hari itu pula pengawasan terhadap aset-aset vital ditingkatkan, termasuk di Riau sendiri.


Aset vital yang dijaga itu antara lain aset-aset milik negara, swasta, pusat-pusat keramaian, pusat perbelanjaan, rumah ibadah serta aset perusahaan milik asing (PMA), termasuk lokasi chevron yang ada di beberapa wilayah di Riau.

Pengawasan itu sendiri dilakukan aparat kemanan, baik yang berpakaian dinas maupun sipil. Selain ada yang diposkan di tempat-tempat tertentu, juga banyak yang melakukan patroli. Bahkan di lokasi cevron—merupakan PMA asal Amerika yang tersebar di beberapa kabupaten kota di Riau ditempatkan sedikitnya 100 personil

Menurut Kapolda Riau Brigjen Pol Hadiatmoko kepada wartawan, Senin (10/9), semua ini dilakukan sebagai langkah-langkah antisipasi terhadap pengamanan wilayah. ‘’Kita ingin negeri ini, daerah ini aman. Sebab kunci dari kemajuan suatu wilayah adalah kemanan. Makanya perlu juga partisipasi masyarakat bersama aparat kepolisian menjaga keamanan, sehingga masyarakat pun tenang berusaha,’’ harapnya.

Ia juga mengatakan langkah-langkah pengamanan itu bukan saja karena pelaksanaan eksekusi mati trio boomber, tapi juga dalam rangka menghadapi iven-iven atau hari-hari besar, termasuk menghadapi lebaran, natal dan tahun baru. Persiapan terhadap pengamanan itu selalu dilakukan dan itu berlaku tetap,’’ katanya lagi.***

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sunday 9 November 2008

Ketua MK Puji Perkembangan PTS Riau

. Sunday 9 November 2008
0 komentar

PEKANBARU (RP)-Ketua Mahkamah Konstitusi Prof H Mahfud MD memuji perkembangan pendidikan di Riau, khususnya perkembangan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Menurut Mahfud, dibandingkan dengan PTS di Pulau Jawa, perkembangan PTS di Riau jauh lebih pesat.


Mahfud—yang pernah menjabat Menteri Pertahanan RI di era Presiden Gus Dur kemudian membandingkan perkembangan Universitas Islam Riau (UIR) dengan Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta.

‘’Sekitar tahun 2001 lalu, UIR ini berinduk kepada UII. Tapi sekarang UIR sudah berkembang pesat. Saya pikir malah sudah setara antara UII dan UIR, baik dari sisi tenaga akademis, fasilitas pendidikan dan sebagainya,’’ kata Mahfud saat berkunjung ke redaksi Riau Pos, petang Sabtu (8/11). Mahfud dan rombongan antara lain diterima oleh Pemimpin Umum (PU) Riau Pos Sutrianto, Pemimpin Redaksi Riau Pos Zulmansyah Sekedang, Pemimpin Redaksi Riau Televisi Laras Hati dan Pemimpin Redaksi Pekanbaru Pos Amzar.

Dikatakan Mahfud, bukan hanya UIR, Universitas Lancang Kuning (Unilak) juga mengalami perkembangan yang baik. ‘’Saya banyak mengajar di sini (Riau, red). Perkembangannya (PTS) jauh lebih baik sekarang ini,’’ katanya.
Puji RZ

Dalam dialog bersama jajaran redaksi Riau Pos Group, Ketua MK Mahfud MD juga sempat memuji HM Rusli Zainal, yang kembali terpilih sebagai Gubernur Riau 2008-2013. Kata Mahfud, RZ adalah sosok anak muda yang enerjik, punya visi dan misi yang baik untuk membangun daerah.

‘’Meski masih terbilang muda, Gubri terpilih ini punya visi masa depan yang bagus untuk daerah. Riau bersyukur punya pemimpin muda yang enerjik dan punya visi seperti ini,’’ ungkap Mahfud yang sempat meninggalkan cinderamata berupa Amandemen UUD 1945 kepada Riau Pos.(zum)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Harga Kertas Dunia Pengaruhi Operasional RAPP

.
0 komentar

PENURUNAN harga Pulp dan Kertas di pasaran dunia, terutama pasar Eropa ternyata berdampak pada operasional pabrik pulp dan kertas RAPP yang beroperasi di Pelalawan, Riau. Selain melakukan efisiensi di semua lini, pihak RAPP juga tengah melakukan evaluasi kontraktor maupun sub kontraktor selama ini membantu operasional pabrik.


''Evaluasi itu digunakan untuk mencari solusi agar bias keluar dari persoalan krisis global yang juga terjadi di berbagai negara. Pengurangan jumlah tenaga kerja adalah langkah terakhir yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan semua aspek sebaik-baiknya dengan semua pihak terkait. Kita berharap situasi bias pulih seperti sedia kala. Untuk itu perlu perhatian dan dukungan semua pihak,’’ kata kata Manager Public Relation RAPP di Jakarta, Troy Pantouw dihubungi ‘’Riau Pos’’, kemarin, sehubungan keterlambatan pembayaran gaji karyawan.

Ia juga menegaskan, RAPP tidak akan melakukan langkah PHK kepada karyawan tetap pada saat ini. Sementara soal gaji karyawan telah diselesaikan perusahaan sepenuhnya.

Dijelaskannya, kenaikan harga bahan baku, tekanan global, mempengaruhi situasi perekonomian di banyak negara saat ini. Sementara RAPP sendiri berupaya mempertahankan dan memperkuat pasar di Eropa maupun di negara lainnya,''jaminnya.

Sebagai wujud efisiensi paparnya dilakukan di berbagai sector, seperti dalam memberikan prioritas pengeluaran, prioritas dalam perjalanan dinas, efisiensi dalam penggunaan listrik, air di lingkungan perusahaan serta perumahan karyawan, seleksi ketat dalam penggunaan kendaraan operasional, dan sebagainya. ''Pendeknya kami melakukan kontrol dalam pengeluaran-pengeluaran operasional dan prosedur operasional diperkuat untuk meningkatkan efisiensi,'' kata Troy.(hpz/ril)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Saturday 8 November 2008

JCH Riau Menginap 50 Meter dari Masjid Nabawi

. Saturday 8 November 2008
0 komentar

SEBANYAK 455 Jamaah Calon Haji (JCH) asal Kota Pekanbaru yang masuk kloter pertama yang diberangkatkan melalui Embarkasi Batam tiba di Madinah dengan selamat, pada pukul 18.15 Waktu Arab Saudi (WAS) atau pukul 22.20 WIB, Jumat malam (7/11). Mulai Sabtu (8/11) mereka pun melakukan Arbain.


Di Madinah, mereka menginap tidak jauh dari masjid Nabawi. Hanya berjarak 50-100 meter,’’ kata salah seorang JCH asal Kota Pekanbaru H Haris Jumadi SE MM saat dihubungi melalui telepon selulernya, Sabtu (8/11).

Menurutnya para jamaah sudah melaksanakan ibadah arbain (sunat) di Kota Madinah. Sebagian JCH sudah ada melaksanakan ziarah ke Makam Rasullullah bahkan sudah ada yang sempat masuk Raudha. Suhu udara di Madinah saat sekarang suhu udaranya berkisar antara 15-20 drajat celcius.

Saat sekarang jumlah JCH yang sudah diberangkatkan dari Embarkasi Batam dan sudah berada di Kota Madinah sebanyak 1339 orang, terdiri dari kloter 1-3. Dengan rincian sebanyak 1314 JCH dan 25 petugas.

‘’Alhamdulillah sampai sekarang belum ada keluhan dari JCH kita yang berada di Madinah. Penginapan sangat dekat dan belum ada laporan dari petugas kloter JCH kita yang sakit,’’ jelas Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Batam Drs H Razali Jaya melalui Sekretaris PPIH Drs H Erizal kepada Riau Pos Sabtu (8/11).

Berdasarkan iformasi yang disamapikan ketua kloter kepada pihak PPIH Embarkasi Batam, semua JCH kloter tiga dalam keadaan sehat dan tak ada kendala apapun. ‘’Laporan itu kita terima tadi malam (kemarin, Jumat malam (red)),’’ jelasnya.

JCH Kloter IV Bertolak ke Madinah
JCH Riau asal Kota Pekanbaru tergabung dalam kloter empat Sabtu (8/11) diberangkatkan menuju Kota Madinah. JCH berangkat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan yaitu pukul 13.55. Hal ini disebabkan tepat pukul 11.00 WIB pesawat Saudi Arabia Air Lines sudah parkir di Bandara Hang Nadim kemarin. Dalam proses pemberangkatan ini kemarin tak ada halangan apapun.

Pada prosesi pelepasan keberangkatan JCH kloter IV Embarkasi Batam langsung dilakukan oleh Kakandepag Kota Pekanbaru bersama dengan Kabid Haji Zakat dan Wakaf HM Saman SSos MSi. Dalam pelepasan keberangkatan kemarin, Tarmizi tohor berharap, agar JCH bisa menyesuaikan diri. Kemudian jangan memilih-milih dalam makanan. ‘’Jadi makan harus diatur, karena permasalahan selera makan berpengaruh besar dengan kesehatan JCH. Untuk itu saya berpesan JCH jangan memilih makan dan jangan sampai ada ungkapan tak berselera. jadi makan saja agar kesehatan kita tetap terjadi,’’ jelasnya.

Menurut Tarmizi Tohor JCH kloter IV terjadi pengurangan jumlah. Yang sebelumnya satu kloter sebanyak 445 orang. Tapi saat keberangkatan dua jamaah mengundurkan diri. Yaitu Tengku Raflan bin T H Ibrahim dan Sari Indrayani Binti Jamrin. ‘’Tengku Raflan sakit sedangkan istrinya ikut mundur,’’ jelasnya.

Satu JCH Kloter V Tunda Keberangkatan
JCH Kloter V asal Kota Pekanbaru dan Kuantan Singingi (Kuansing) tepat pukul 15.00 WIB semuanya telah tiba di Asrama Haji Batam. Dari 445 JCH satu ditunda keberangkatannya bersama dengan kloter VI. Yaitu JCH bernama Nurjali Bin Yasin, sebab saat sekarang sedang dirawat di Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.

‘’Ada satu JCH kita yang ditunda berangkatnya, karena sedang dirawat di Rumah Sakit Awal Bross Pekanbaru. Tapi JCH kita itu akan berangkat bersama kloter VI yaitu JCH Pekanbaru dan Indragiri Hilir (Inhil).

Semua JCH Pekanbaru dan Kuansing berangkat dan tiba sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan. Seperti JCH penerbangan pertama dari Bandara SSK II tiba di Asrama Haji pukul 08.20 WIB. Penerbangan kedua tiba pukul 09.20, penerbangan ketiga pukul 12.00 WIB sedangkan yang keempat pukul 15.00 WIB.

JCH 444 orang ini langsung mendapat pelayanan one top service dari PPIH Embarkasi Batam, setiba di Asrama haji Batam, JCH langsung mengambil nomor kamar, kemudian mengambil buku kesehatan dan sidik jari buku kesehatan. Selanjutnya mengambil paspor, living cost dan cek kehamilan bagi JCH berumur dibawah 45 tahun. ‘’Pelayanan maksimal kita berikan, agar JCH kita banyak istirahatnya, dan JCH tiba di Asrama haji banyak istirahatnya. Jadi penyerahan paspor tidak lagi dilakukan malam hari. Malam hari JCH kita tidur, pagi baru acara pelepasan keberangkatan,’’ jelas Ketua PPIH Drs H Razali Jaya kepada Riau Pos.(esi)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Thursday 6 November 2008

Perempuan Indonesia Harus Bangkit

. Thursday 6 November 2008
0 komentar

Angka Kematian Ibu Melahirkan Cukup Tinggi

ASISTEN Deputi Urusan Lembaga Swadaya Masyarakat pada Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Dra Nining Suningsih, berharap agar perempuan Indonesia termasuk para perempuan di Riau harus bangkit dan jangan mau tertinggal dengan kaum laki-laki.


Sebab menurutnya, selama ini kaum wanita paparnya masih belum diberi kesempatan yang maksimal untuk meaktualisasikan diri, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun di bidang pemerintahan. Bahkan berbagai masalah masih melilit kaum wanita Indonesia. Baik di bidang pendidikan, kesehatan pemerintahan maupun lainnya.

‘’Untuk bidang pendidikan saja misalnya, kaum perempuan masih banyak yang buta aksara dibanding kaum laki-laki. Yakni tingkat buta aksara kaum perempuan mencapai 14,5 persen sedangkan laki-laki hanya 6,9 persen, kata Nining Suningsih seperti dilaporkan wartawan Riau Pos Kartini Fattach sehubungan sosialisasi Pengarustamaan Gender (PUG) dan Pengarustamaan Anak (PAG) di Hotel Anom Pekanbaru, Selasa (4/11).

Permasalahan lain yang juga menghantui kaum perempuan Indonesia saat ini katanya adalah masih tingginya angka kematian ibu akibat melahirkan. Angkanya mencapai 307/100.000 kelahiran hidup. Ini juga sebagai akibat masih tingginya aktifitas melahirkan, terutama bagi kalangan pasangan usia subur.

Ia juga memaparkan persoalan di bidang ekonomi , seperti masih rendahnya serapan lapangan pekerjaan terhadap kaum perempuan dibanding laki-laki, yakni angkatan Kerja laki-laki mencapai 86,5 persen, dan perempuan mencapai 50,2 persen. Lebih ironis lagi untuk jabatan strategis di pemerintahan. Untuk ukuran Eselon I misalnya, perempuan hanya 9,77 persen di banding laki-laki.

Dari data tersebut, sebenarnya bkan berati kaum perempuan tidak mapu, namun belum diberi kesempatan maksimal untuk berkopetensi. Makanya perlu langkah-langkah aktif untuk melakaukan perubahan. Perubahan itu tidak hanya diharapkan dating dari para pengambil kebijakan saja, tapi juga dari kaum perempuan sendiri. Untuyk itu perlu bangkit bersama, harapnya.***

Klik disini untuk melanjutkan »»

YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com