KAMPANYE sebagai bagian dari Pemilu Presiden hanya tinggal hitungan hari. Berbagai trik, manuver dan langkah-langkah pun telah disiapkan masing-masing tim sukses capres dan cawapres untuk adu argumen di masyarakat. Kita berharap ketiga pasangan capres dan cawapres masing-masing SBY-Boediono, JK-Win dan Mega-Pro mampu memberikan pelajaran politik yang matang kemasyarakat. Soal kalah menang adalah hal biasa , namun sikap sportifitas harus dikedepankan, bagaikan seorang atlit. (foto hasil rekayasa)
Klik disini untuk melanjutkan »»
Wednesday, 27 May 2009
Saturday, 2 May 2009
Manuver Tokoh Tua dan Nasib Golkar
Label: PolitikPERKEMBANGAN perpolitikan di negeri ini kian hangat dibicarakan, terutama menjelang Pilpres 2009. Perubahan peta politik pun begitu cepat, setiap hari dan setiap jam bisa berubah. Bahkan hitungan per menit ada saja yang berganti, menyusul berbagai manuver yang dilakukan tokoh-tokoh partai yang ada saat ini.
Manuver-manuver tersebut juga melibatkan sejumlah sesepuh partai atau pemain lama. Sehingga terkesan bahwa langkah sejumlah tokoh gaek itu ibarat guru turun gunung. Sebut saja misalnya, mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung, mantan Wakil Presiden RI, BJ Habibie, mantan Wakil Presiden Hamzah Haz, mantan Ketua MPR Amin Rais dan sejumlah tokoh gaek lainnya.
Selain mewarnai pola demokrasi di Indonesia, para tokoh gaek ini juga membawa misi tertentu dari partai yang mereka wariskan kepada generasi sekarang. Amin Rais tokoh dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan Hamzah Haz dari PPP yang melakukan pertemuan dengan Presien Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) misalnya. Meski sempat absen dipanggung politik, kini kedua tokoh ini kembali terjun ke kancah politik di masing-masing Parpol asal mereka.
Kehadiran mereka, selain tidak puas dengan perolehan suara partai pada Pemilu legislative, juga sebagai upaya untuk memerankan mesin partai ke depan. Mereka yang malang-melintang di dunia politik ini seakan tidak rela kalau partai mereka hanya sebagai pecundang bukan sebagai penunggang, atau sebagai penonton dan tukang kritik bukan sebagai pemain. Tidak hanya Amin Rais dan Hamzah Haz saja, orang sekelas Akbar Tanjung dan BJ Habibie juga melakukan manuver yang sama.
Mereka dan sejumlah sepuh Golkar tidak rela melepas partai yang berkuasa selama puluhan tahun itu untuk berada di luar sistem pemerintahan. Sebab, berdasarkan sejarah, Golkar memang diciptakan sebagai partai berkuasa bukan partai oposan atau oposisi yang bergerak di luar lingkaran pemerintahan.
Ini tidak bisa dipungkiri, terbukti dengan keberadaan para tokoh dan kader partai Golkar sejak dulu hingga sekarang. Golkar tetap berada di dalam lingkaran pemerintahan. Berbagai peran telah dimainkan para tokoh-tokoh Golkar. Baik di lembaga legistatif, yudikatif, hankam, mapun eksekutif seperti sebagai presiden, wakil presiden, menteri-menteri, gubernur, walikota/bupati, camat, lurah.
Lantas, kenapa popularitas Partai Golkar kian melemah? Ini jelas banyak faktor yang mempengaruhi, baik secara eksternal, maupun interen partai Golkar sendiri. Bahkan kemerosotan popularitas Golkar di mata rakyat ini juga membawa kesan bahwa partai berlambang pohon beringin ini kehilangan tuah. Tidak lagi sebagai pohon rindang dan tempat berteduh, akar yang panjang dan melilit tempat bersila dan bergantung, pohon yang besar tempat bersandar.
Kini pohon beringin itu mulai diterpa puting beliung, daunnya berguguran, bijinya berserakan kemana-mana dan tumbuh sendiri-sendiri menjadi spesies baru dengan berbagai nama, ada Hanura, ada Gerindra, dan sebagainya. Pohon yang dulunya besar dan kokoh itu kini pun mulai berlubang-lubang digigit kumbang. Ada yang melubangi dari pucuk pohon, ada dari batangnya dan ada pula yang dari akarnya.
Bahkan yang lebih menyedihkan, pohon beringin yang memiliki akar tunggang itu ibarat seperti pucuk pohon bambu yang selalu berubah arah setiap diterpa angin. Ketika angin barat datang, ia pun menuju arah angin tersebut, namun semenit kemudian angin utara datang, beringin tua itu pun condong ke sana.
Mungkinkah ada sebuah skenario mengobok-obok partai Golkar yang selama ini dianggap mumpuni? Memang sulit untuk menebak semua itu. Namun yang pasti, pertanyaannya kembali terarah pada pengurus dan kader Golkar itu sendiri. Maukah Golkar diobok-obok?
Yang pasti, persoalan yang terpenting dari semua itu, bukanlah siapa mengobok-obok siapa. Tetapi strategi apa yang harus dimainkan agar Golkar tidak diobok-obok dan kembali diperhitungkan dalam kancah perpolitikan nasional. Mungkinkah ini disebabkan kurangnya strategi internal partai yang dimainkan menghadapi partai lain. Atau memang Golkar sudah kehilangan sosok orang-orang yang sebenarnya memiliki keahlian strategi seperti yang dimiliki seorang ahli strategi teritorial. Atau mungkin Partai ini harus dipimpin seorang mantan ahli strategi di negeri ini.***
Tajuk Riaupos edisi Kamis 30 April 2009
Banjir dan Permintaan Maaf Wali Kota
Diposkan oleh
Yasril
di
07:45
.
0
komentar
BANJIR. Demikian kata yang dipakai sejumlah media massa, baik cetak maupun elektronik yang menggambarkan kondisi di sejumlah wilayah di Riau sejak beberapa hari belakangan diguyur hujan. Genangan air tidak saja terjadi di Kota Pekanbaru saja, tapi juga di sejumlah kabupaten/kota, seperti di Rokan Hulu, Siak, Kampar dan lainnya.
Secara ilmu alam, sebelum hujan yang merupakan akumulasi penguasan air di bumi dan di laut itu sampai ke bumi, terlebih dahulu akan ditahan oleh dedaunan, rumput, semak belukar, atau pun hutan. Selanjutnya air akan menyentuh dan meresap ke dalam bumi dengan kecepatan rendah. Sehingga kalau pun terjadi genangan air akibat intensitas hujan cukup tinggi, dalam waktu singkat air genangan itu pun akan kering.
Benarkan ini adalah faktor alam dengan intensitas hujan yang berlangsung cukup lama dan deras? Sehingga drainase tidak mampu menampung debit air yang kuat seperti diungkapkan Wali Kota Pekanbaru Herman Abdullah. Sehingga wali kota pun meminta maaf kepada warga. Hanya karena faktor alam?
Haruskah kita menyalahkan alam? Tuntaskah hanya dengan permintaan maaf? Jawabnya tentulah tidak. Lihat misalnya di sejumlah kawasan pemukiman warga, terjadi rendaman yang cukup besar dan tinggi, sebagai akibat tidak terurusnya sistem drainase. Para developer pengadaan rumah tidak memperhatikan sistem drainase yang memadai.
Untuk ratusan rumah tempat tinggal, misalnya hanya disediakan drainase selebar 30-40 centimeter dengan kedalaman 30 centimeter. Mungkinkah kesalahan ini ditumpukkan pada pihak developer sendiri? Jawabannya tentulah tidak. Pemerintah dalam hal ini instansi terkait yang mengeluarkan izin bangunan juga harus bertanggung jawab, karena kurang atau lemahnya pengawasan di lapangan.
Demikian juga dengan izin kawasan pertokoan. Selain harus mempersiapkan sumur-sumur resapan, pertokoan juga harus memperhatikan resapan air secara alami. Fakta di lapangan terlihat di kawasan pertokoan, perkantoran yang berada di pinggir-pinggir jalan protokol tidak lagi memiliki daerah resapan air.
Akibatnya bila terjadi hujan lebat, maka air yang turun tidak lagi diserap oleh humus tanah, tapi langsung jauh ke atas semen yang kemudian melimpah ke jalan. Akibatnya terjadinya penumpukan air di badan jalan yang nantinya juga menimbulkan kerugian berupa kerusakan badan jalan. Pemandangan ini bisa di lihat di mana-mana, baik di Jalan Sudirman, Tuanku Tambusai, Soebrantas, Imam Munandar dan hampir di seluruh ruas jalan lainnya di Pekanbaru.
Padahal semua kondisi tersebut biasa disiasati dengan pembuatan sumur-sumur resapan, pemakaian paving blog, penanaman rumput dan sebagainya, sehingga air yang jatuh ke bumi biasa meresap di bumi. Kejadian ini menggambarkan tidak adanya ketegasan pemerintah dengan kondisi di lapangan. Tegas seakan hanya di peraturan daerah dan di atas kertas, tanpa pengawasan di lapangan. Dan sekali lagi itu tidak biasa hanya diselesaikan dengan permohonan maaf, tapi harus tindakan tegas di lapangan.
Artinya Pak Wali Kota beserta aparatnya harus dengan tegas memerintahkan agar pemilik toko dan perkantoran membongkar semua coran semen yang menutupi halaman kantor atau pertokoan tersebut dan menukarnya dengan paving blog. Kalau pemilik bangunan membandel wali kota dan aparatnya harus berani mengeksekusi sepertimana mengeksekusi pedagang kali lima yang memakai badan jalan.
Ini harus dilakukan demi masa depan kota, masa depan warga dan masa depan anak cuku kita ke depan. Untuk itu kita tunggu ketegasan Pak Wali.***
Tajuk Riau Pos edisi Sabtu 2 Mei 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)
YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved