SAUDARA KU DI MANA PUN BERADA, SEIRING DATANGNYA 1 RAMADHAN 1433 H, MARILAH KITA SALING MEMBERSIHKAN DIRI, KEPADA ALLAH SWT KITA BERTAUBAT SESAMA MANUSIA KITA SALING BERMAAF-MAAFAN. MARI KITA PERBAIKI HUBUNGAN SILATURAHIM SESAMA UMAT, TERUTAMA PADA ORANG TUA, SUAMI ISTRI, SESAMA SAUDARA SEDARAH SERTA DENGAN KAUM KERABAT, JIRAN TETANGGA. SEMOGA DENGAN CARA DEMIKIAN, KITA BISA MENJALANI IBADAH PUASA DENGAN TENANG DAN MENDAPATKAN PAHALA YANG SETIMPAL DI SISI aLLAH SWT. UNTUK ITU, SAYA ATAS NAMA PRIBADI DAN KELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANI IBADAH PUASA, MOHON MAAF ZAHIR DAN BATIN. SAUDARA KU, SESUNGGUHNYA BERHAJI MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN ISLAM, YANG UNTUK MENJALANKANNYA KITA HARUS MEMILIKI TRESHOLD (NILAI AMBANG BATAS), KELAYAKAN, BAIK JASMANI, ROHANI MAUPUN MATERI. MAKANYA KALAU SUDAH SIAP, SEGERAKANLAH!!

Friday, 20 July 2012

Beragam Cara Menyambut Bulan Suci Ramadan

. Friday, 20 July 2012
1 komentar

SETIAP orang Muslim sudah barang tentu sangat bergembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadan. Tidak mengherankan bila di berbagai pelosok tanah air, masyarakat melakukan berbagai upacara dan tradisi penyambutan.

Tradisi-tradisi itu antara lain; tradisi Balimau di Sumatera Barat, Meugang di Aceh, Perlon Unggahan di Banyumas, Dugderan di Semarang, Padusa di Klaten dan Yogyakarta, Nyorog pada masyarakat Betawi, Belangiran dan Ngelop di Lampung, Pawai Tarhib di Bangka, Makan Kue Apem di Surabaya, dan puluhan bahkan ratusan tradisi lainnya. Tradisi-tradisi ini memang sedikit menyisakan kontroversi seperti dilansir rakyat merdeka online. Sebagian orang memandang bahwa tradisi-tradisi itu tidak mempunyai landasan syar’i sehingga tidak memiliki nilai ibadah sama sekali. Sementara sebagian lain berpendapat bahwa tradisi-tradisi itu memiliki makna yang sejalan dengan semangat ajaran Islam. Mandi sehari sebelum masuk bulan Ramadan dalam tradisi Balimau dan Padusa, misalnya, dinilai sebagai proses penyucian jiwa dan raga yang dinilai sama dengan anjuran mandi sebelum berangkat Shalat Jum’at. Terlepas dari kontroversi yang ada, tradisi-tradisi itu secara umum dapat dimaknai sebagai ekspresi kegembiraan dan kesyukuran masyarakat atas datangnya bulan suci Ramadan. Ekspresi kegembiraan dan kesyukuran semacam ini tentu memiliki nilai dalam pandangan Allah. Salah satu hadits popular yang banyak disampaikan dalam konteks menyambut bulan Ramadan berbunyi, “Barang siapa yang bergembira dengan datangnya bulan suci Ramadan, Allah akan memelihara jasadnya dari api neraka”. Ekspresi kegembiraan dan kesyukuran semata tentu tidaklah cukup. Umat Islam dituntut untuk melakukan persiapan-persiapan agar bulan ini betul-betul mendatangkan rahmat, bukan justru menjadi beban. Dalam konteks menyambut bulan Ramdan, setidaknya ada tiga hal yang perlu dipersiapkan. Pertama, persiapan rohani. Persiapan rohani dimaksudkan agar jiwa dan rohani kita siap dalam melakukan pendakian spiritual dalam meraih rida Allah. Kesucian jiwa dan rohani diperlukan dalam menjalani rangkaian ibadah yang ada di sepanjang bulan suci Ramadan. Hanya dengan jiwa dan rohani yang siap, nilai-nilai spiritual ibadah Ramadan dapat kita raih secara sempurna. Kedua, persiapan ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang cukup tentang teknis pelaksanaan amalan-amalan bulan Ramadan sangat menentukan kualitas ibadah yang dilaksanakan. Oleh karena itu, penguasaan terhadap fiqh puasa adalah sangat penting. Orang yang mengetahui fiqh puasa dengan baik akan dapat menghindarkan diri dari berbagai kesalahan sehingga dapat memaksimalkan nilai pahala yang akan diraih. Ketiga, persiapan fisik. Ibadah-ibadah yang akan dilaksanakan di dalam bulan suci Ramadan membutuhkan kesiapan fisik yang prima. Dengan kondisi fisik yang baik, ibadah puasa, tarawih, tilawah, dan aktivitas-aktivitas lainnya dapat dilaksanakan dengan sempurna. Semakin siap fisik kita, maka semakin banyak pula ibadah yang bisa kita laksanakan. Bila dihitung secara kalkulatif, mempersiapkan diri dengan ketiga hal tersebut sesungguhnya jauh lebih penting dibandingkan dengan pelaksanaan tradisi-tradisi yang disebutkan di atas. Jangan sampai pelaksanaan tradisi-tradisi itu justru melupakan persiapan diri yang sesungguhnya. Persiapan seperti ini haruslah diutamakan mengingat tidak ada satu orang pun yang dapat menjamin bahwa kita akan berjumpa dengan Ramadan di tahun yang akan datang. Atas dasar kesadaran itu, marilah kita mengisi Ramadan ini dengan memperbanyak ibadah dan amalan sebagaimana yang dianjurkan dan praktikkan oleh baginda Rasullullah SAW semasa hidupnya. Wallahu'alam. Marhaban ya Ramadan.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Menteri Agama RI: 1 Ramadan Jatuh pada Sabtu 21 Juli 2012

.
0 komentar

Meski beberapa organisasi masyarakat (Ormas) Islam telah menjalani ibadah puasa mulai Kami dan Jumat (19 dan 20 Juli 2012)yang menetapkan jatuhnya 1 Ramadhan, namun lain halnya dengan pemerintah. Setelah mendengar pandangan sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Islam, Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali akhirnya menetapkan 1 Ramadan jatuh pada Sabtu, 21 Juli 2012. "Kami memutuskan dan menetapkan bahwa tanggal 1 Ramadhan 1433 jatuh pada Sabtu 21 Juli 2012," tegas Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali saat memimpin sidang itsbat di Kantor Kemenag Thamrin, Kamis (19/7). Dalam sidang itsbat ini, pemerintah mendengarkan pandangan dari Ormas Islam. Dari 17 ormas Islam itu hanya dua yang menetapkan 1 Ramadan pada Jumat 20 Juli 2012. "Saya kira apa yang sudah disampainkan 17 ormas Islam, sudah merepresentasikan kapan 1 Ramadan itu," jelasnya. Dua ormas Islam yang menyatakan 1 Ramadan jatuh pada Jumat 20 Juli adalah Front Pembela Islam (FPI) dan Jamah An-Najat. 15 Ormas lainnya setuju dengan ketetapan pemerintah. Sebelum mengakhiri pengumuman resmi ini, Suryadharma meminta persetujuan para ormas Islam yang hadir. Kompak terdengar suara koor "setuju"" dan diiringi tepuk tangan hadirin.

Klik disini untuk melanjutkan »»

YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com