khutbah Idul Adha 1430 H
HARI ini 10 Zulhijah 1430 H bertepatan 27 November 2009 Masehi jutaan umat muslim diberbagai belahan dunia merayakan Hari Raya Idul Adha. Bagi mereka yang memiliki kelapangan rezeki, menjalankan ibadah naik haji ke Makkah sementara bagi yang belum menjalani ibadah di negeri masing-masing yang juga ditandai dengan pelaksaan shalat Idul Adha dan pemotongan hewan kurban. Berikut khutbah Idul Adha 1430 H/2009 M yang disampaikan oleh Drs Hajar Hasan MA (Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan UIN Susqa Pekanbaru)di hadapan umat muslim di Jalan Ciptakarya, Kecamatan Tampan Pekanbaru.
Allahu akbar 3x walilla ilham
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Dengan nikmat tersebut diharapkan agar manusia senantiasa ingat kepada-Nya. Selain itu nikmat tersebut harus pula sebagiannya diserahkan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan, sebagai wujud rasa persaudaraan. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan kepadanya, para sahabat beserta pengikutnya.
Ditengah suasana penuh kedamaian dan keberkahan ini, dimana setiap orang diliputi dengan penuh rasa kesyukuran, rasa kebahagiaan dan kegembiraan, mari kita tingkatkan kualitas keimanan dan derajat ketaqwaan kepada Allah. Pada hari ini umat Islam diberbagai belahan dunia, mereka berbaris menuju tempat – tempat shalat I’d, meskipun mereka berbeda dalam status sosial dan profesi yang mereka tekuni, tapi mereka tetap satu langkah dalam barisan, satu pandangan dalam Islam, satu keyakinan dalam iman dan satu kalimat dalam ucapan, yaitu Allahu akbar walilla ilham, sebagai tanda kesyukuran kepada Allah.
Hari ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha, adalah bukti keikhlasan, kepatuhan, kepasrahan dan ketaatan kaum muslimin kepada perintah Allah, hari raya Idul Adha juga sebagai hari persatuan, persaudaraan dan solidaritas umat Islam sedunia. Oleh karena itu, hari raya Idul Adha mempunyai arti dan makna penting bagi umat Islam, untuk menatap masa depan yang lebih baik.
Allahu akbar 3x walilla ilham
Bagi saudara – saudara kita yang mempunyai kemampuan dan kesanggupan pada saat ini mereka sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci dalam rangka memenuhi panggilan illahi dan untuk menyempurnakan rukun Islam kelima, sebagai realisasi Iman dan taqwa kepada Allah. Seperti firman Allah yang artinya: “ Kewajiban atas orang – orang yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji ke Baitullah ”
Pada tanggal 9 Zulhijjah 1426 H kemaren, padang pasir arafah yang semula merupakan tempat yang sunyi sepi yang dihiasi bukit – bukit batu sekitarnya, berubah menjadi lautan manusia yang dihiasi dengan ribuan kemah dengan aneka ragam, suasana sunyi sepi berganti dengan gema tahlil, talbiah, takbir dan tahmid.
Ukuf di Arafah adalah merupakan puncak dari proses rangkaian kegiatan ibadah haji. Kegiatan arafah saat yang paling mendebarkan dan menentukan dari seluruh rangkaian perjalanan ibadah haji. Disela – sela suara takbir, tahmid, tahlil dan talbiah sering terdengar suara isak tangis anak manusia yang menyadari akan kesalahan – kesalahan dan dosa – dosa yang terlanjur atau yang sering dilakukan selama hidupnya, menyesali semua kesalahan dosa – dosanya seraya memohon doa kepada Allah dan bertaubat untuk tidak mengulanginya lagi. Lihatlah hamba – hambaku datang memenuhi panggilan-Ku dengan rambut kusut masai-penuh debu, mereka datang dari berbagai penjuru dunia yang jauh, mengharap ampunan, ridho dan surga-Ku. Andaikan dosa mereka sebanyak bilangan butir pasir dipantai atau sejumlah butir hujan akan aku ampuni dosa mereka, demikian sabda Rasulullah.
Allahu akbar 3x walilla ilham
Jema’ah haji dari berbagai bangsa, bahasa dan latar belakang budaya yang berbeda, ditempat ini mereka berzikir dan memuji Allah dalam bahasa yang sama, berpakaian yang sama, tujuan yang sama pada saat itu tidak ada beda antara yang kaya dan yang, pejabat dengan pegawai biasa, penguasa dengan rakyat biasa, terpelajar atau orang biasa.
Pangkat, jabatan dan gelar kehormatan yang sering digunakan oleh sebagian orang untuk menganggap dirinya super dan merendahkan orang lain, ketika itu ditinggalkan. Pakaian kebesaran yang dipakai untuk menakuti orang kecil dan lemah, dilepaskan. Ketika itu semua sama dihadapan Allah, semua kecil bahkan teramat kecil didepan penguasa alam semesta ini.
Ibadah haji bukan hanya mengandung nilai pahala, tapi yang tak kalah penting, bagi orang yang melaksanakannya akan dapat melihat jati diri yang sesungguhnya, sehingga muncul sikap keinsyafan terhadap perbuatan salah yang pernah dilakukan, sehingga sikap dan perbuatannya setelah haji senantiasa menyenangkan orang, dimana ia berada selalu pula menjadi panutan bagi orang yang sekitarnya. Itulah sebagai tanda mereka memperoleh haji mabrur.
Diantara hikmah ibadah haji adalah menyadarkan bahwa setiap manusia tidak berbeda dihadapan Allah, kecuali ketakwaannya. Kesadaran ini mengikis sifat angkuh dan sombong yang ada pada manusia.
Allahu akbar 3x walilla ilham
Salah satu karakteristik Islam yang sekaligus menempatkannya sebagai agama paripurna adalah ajarannya merupakan aturan hidup manusia yang lengkap. Oleh karena itu, Islam dapat dipandang sebuah sistem yang memberikan pedoman dan ketentuan untuk seluruh kehidupan. Lebih dari itu Islam telah membawa ajaran yang menyeluruh dan terpadu. Islam tidak membagi kehidupan dalam dua kutub yang terpisah, yaitu antara kepentingan material dan spiritual ( duniawi dan ukhrawi ). Dalam Islam keduanya merupakan satu kesatuan yang integral bagi kehidupan manusia. Ini adalah konsekuensi logis dari pandangan Islam yang melihat bahwa manusia merupakan perpaduan yang utuh dan bermakna antara unsur jasmani dan unsur rohani.
Lengkapnya aturan hidup yang didasarkan Islam tersebut, tercermin pula pada penekanannya terhadap pentingnya keseimbangan antara individu dan masyarakat dalam satu tatanan sosial yang damai dan harmonis. Ini berarti pula bahwa Islam pada satu sisi memandang setiap individu bertanggung jawab kepada Allah, tetapi di sisi lain, ia pun terpanggil untuk mengembangkan rasa tanggung jawab sosial. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban bagi orang yang mampu untuk memberikan bantuan kepada mereka yang tidak mampu melalui ibadah kurban.
Kurban adalah suatu ibadah yang di latar belakangi oleh peristiwa yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ketika itu, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail namanya. Seperti kita ketahui, Ismail adalah putra satu – satunya anak Nabi Ibrahim. Ismail merupakan buah hati dan belahan jiwanya. Ketika Ismail sedang meningkat remaja, datang perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelihnya. Kisah tersebut diabadikan oleh Allah dalam surah As Safat ayat 100.
Dilihat dari segi kemanusiaan, Nabi Ibrahim tidak tega menyembelih putra kesayangannya. Namun disisi lain, ia yakin bahwa ia sedang diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Ismail. Akhirnya Nabi Ibrahim dengan penuh keyakinan ia laksanakan perintah Allah tersebut. Dilain pihak, Ismail tanpa gentar dan takut menghadapi kematian itu. Akhirnya, Nabi Ibrahim, Ismail dan ibunya pasrah melaksanakan penyembelihan itu, dan ketika pisau akan menyentuh leher Ismail, dengan kehendak Allah, Ismail ditukar dengan seekor kibas. Dengan demikian terselamatkanlah Ismail dari kematiannya ketika itu.
Kisah itu sudah berlalu, namum suatu hal yang perlu kita catat dankita ambil hikmahnya, yaitu ketulusan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah. Dengan sifat ketulusan dan keikhlasan itulah, Nabi Ibrahim tidak ragu mengorbankan anaknya. Disisi lain, sifat kesabaran dan kepatuhan Ismail dapat pula dilambangkan sebagai suatu ketaatan dan kepatuhan anak kepada perintah orang tuanya.
Sifat ketulusan dan keikhlasan Nabi Ibrahim melahirkan suatu semangat korban yang perlu kita laksanakan dalam kehidupan. Dalam ibadah korban selain mengandung nilai pahala, juga mengandung nilai sosial kemasyarakatan. Sekalipun korban merupakan ibadah sunat, namun ia sangat dianjurkan oleh Rasulullah. Karena dengan korban itu, ia mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya.
Allah berfirman dalam surat Al Kautsar yang artinya:
Artinya : “ Sesungguhnya kami telah memberikan nikmat yang banyak kepadamu, untuk itu kerjakanlah shalat dan berkorbanlah ”
Harta, pangkat, keluarga dan jabatan adalah nikmat yang Allah titipkan sementara, dan bila Allah berkehendak untuk mengambilnya hanya sekejap mata. Seperti yang dialami oleh saudara kita di Aceh.
Setiap helai bulu binatang yang dikorbankan mengandung kebajikan, yang diterima oleh orang yang melakukan kurban. Oleh sebab itu, bagi orang yang telah mempunyai kemampuan untuk berkorban, tetapi ia tidak mau melaksanakannya, Nabi memberikan peringatan keras, sabdanya yang artinya : Barang siapa yang mempunyai kelapangan rezki tapi tidak mau berkorban, maka janganlah mendekati tempat – tempat shalat kita.
Allahu akbar 3x walilla ilham
Setiap ibadah dalam Islam mengandung nilai sosial dan pesan moral. Nilai yang terkandung dalam ibadah korban agar kita mensyukuri nikmat Allah dengan menyisihkan sebagiannya untuk membantu saudara – saudara kita yang terhimpit berbagai kemelut dan persoalan hidup, seperti saudara – saudara kita di Aceh yang terkena gempa dan tsunami, mereka kehilangan harta benda, anak, ibu, bapak dan saudara bahkan nyawa. Dan membantu saudara – saudara kita yang tertindas, tertindas karena ditekan oleh orang lain secara fasih, politik, ekonomi, seperti yang dialami oleh saudara – saudara kita diberbagai belahan dunia.
Begitu pula terhadap saudara – saudara kita yang lain, yang tertindas secara ekonomi, karena mereka memang tidak berpunya. Banyak hasrat dan cita – cita terpendam dan sirna, karena tidak punya harta untuk menggapainya.
Semangat hari raya kurban mempunyai arti penting bagi kita semua, karena kita masih berada dalam kondisi yang belum menguntungkan, masih terporak dalam krisis yang sulit diramalkan entah kapan berakhirnya. Seakan – akan kita kembali kezaman purba. Kebenaran tidak lagi menjadi milik bersama, tetapi hanya dikuasai oleh kelompok tertentu. Perkelahian, pembunuhan, perampokan dengan berbagai dalil dan main hakim sendiri sebagai ciri masyarakat primitif ternyata tumbuh subur di era reformasi ini. Dan kebijakan yang diambil penguasa seakan memperlengkap penderitaan masyarakat.
Allahu akbar 3x walilla ilham
Tidak ada kekuatan yang dapat diharapkan untuk mengatasi semua permasalahan tadi, kecuali dengan rahmat Allah, zat Maha Kuasa yang ajarannya dimarjinalkan dalam kehidupan kita. Namun perlu diingat bahwa rahmat itu tidak akan turun begitu saja, harus ada syarat yang harus dipenuhi yaitu kembali kepada ajaran agama secara total, dan rekat kembali tali persaudaraan yang sudah mulai rusak akhir – akhir ini. Oleh sebab itu kita harus melakukan perubahan dalam berbuat, bersikap dan berpikir kearah yang benar yang di ridhai ilahi. Perilaku kita yang perlu dirubah adalah sikap mengenyampingkan ajaran Islam dan ilmu pengetahuan dalam praktek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang di ridhai-Nya dan yang dirahmati-Nya.
Akhirnya kita semua bermohon kepada Allah, kiranya Allah senantiasa membimbing kejalan yang benar, untuk membangun ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah persaudaraan serta mengkokohkan hubungan sosial yang baik dalam hidup bermasyarakat dan menghilangkan sifat tamak, sombong, angkuh dan merasa benar sendiri.***