SAYA terkesima dengan statemen Pelaksana tugas Gubernur Riau (Plt Gubri) soal pertumbuhan penduduk yang diungkapkan di kediaman Wa Gubri, Jumat 1 Mai 2015 lalu yang mengatakan, "Keluarga kecil akan lebih baik- Masa depan anak lebih penting dari pada memperbanyak anak" yang menggambarkan kepedualian seorang gubernur terhadap ledakan penduduk (baby boom) yang saat ini terjadi di Riau.
Dilema Riau Soal Pertumbuhan Penduduk
Jika dilihat secara kasat mata atau realita di lapangan, memang terjadinya ledakan penduduk di Riau tidak sekadar akibat kelahiran semata, tapi juga akibat migrasi warga yang berasal dari daerah lain di luar Riau dengan berbagai sebab akibat. Diantaranya akibat bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan daerah lan. Selain itu, kehadiran migrasi juga akibat ingin mendapatkan pekerjaan di Riau yang namnya sudah menggaung di seantero nusantara. Lihat saja misalnya kedatangan para para tenaga kerja, pasangan usia subur baik yang datang dari Sumatera sendiri maupun luar Sumatera.
Mereka mendiami sejumlah wilayah di Riau, baik perkotaan hingga pedesaan, bahkan di kawasan-kawasan perkebunan sawit atau pun hutan-hutan lindung yang disulap jadi kebun sawit.
Kondisi ini juga diperparah dengan banyaknya kepala daerah baik di tingkat kabupaten kota, kecamatan bahkan kelurahan dan desa yang kurang peduli terhadap sektor demografi ini. Akibatnya pelayanan terhadap keluarga pun terabaikan dibanding sektor ekonomi. Akibatnya, tidak terjadinya perbandingan garis lurus antara penambahan penduduk dengan ketersediaan pangan. Penduduk Riau makin bertambah, sementara ketersediaan pangan, sandang, bahkan juga layanan kesehatan, pendidikan dan kesempatan kerja pun makin terbatas. Inilah yang dikhawatirka para ahli dan pengamat demografi dunia, dimana terjadinya pembunuhan akibat kerusakan lingkungan.
Data di Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Riau terlihat, berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 penduduk Provinsi Riau berjumlah 5.530.311 orang dengan laju pertumbuhan penduduk 3,59 persen. Angka ini di di atas rata-rata pertumbuhan penduduk secara nasional yang hanya 1,49 persen. Artinya Pertumbuhan penduduk Riau lebih besar 2,1 persen dibanding pertumbuhan penduduk nasional.
Itu baru data hasil pendataan penduduk 2010. Lantas bagaimana setelah lima tahun berikutnya atau 2015 ini? Pertanyaan ini tentunya akan terjawab setelah dilakukan pendataan keluarga 2015 yang dimuali 1 Mai 2015 lalu.
Namu yang pasti, peningkatan pertambahan penduduk ini disebabkan karena masih tingginya angka kelahiran, menurunnya angka kematian dan banyaknya penduduk yang bermigrasi ke Riau, terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar pada kelompok umur 0-14 tahun. Dengan bertambahnya jumlah penduduk tuntutan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang,pangan yang semakin terbatas, mahal dan sulit, terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan, tingginya tingkat pengangguran, mengakibatkan meningkatnya kriminalitas.
Ini perlu mendapat perhatian semua pihak, tidak hanya pemerintah saat tapi juga para kepala keluarga. Karena semua akar persoalan penduduk bermula di tingkat keluarga. bayangkan, bila sebuah keluarga sangat rapuh, bagaimana dengan kondisi anggota keluarga itu? Bagaimana seorang kepala keluarga harus memikirkan kebutuhan anggota keluarganya yang banyak sementara penghasilannya tidak mencukupi.
Kondisi ini jelas sangat miris dibanding keluarga yang hanya memiliki anak satu atau dua. Kepala keluarga akan lebih bisa konsentrasi memikikan kebutuhan anak dan anggota keluarganya, baik soal sandang, pangan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Semua itu juga tidak lepas dari keikutsertaan keluarga di Riau dalam ber-KB.
Berdasarkan data BKKBN Riau per Desember 2014 tercatat 191.373 peserta KB baru ( 124,3 persen) dari PPM yang telah ditetapkan sebesar 153.848 akseptor. Dengan rincian IUD 3,56 persen, MOW 1,36 persen, MOP 0,19 persen, Kondom 5,74 persen, Implant 7,15 persen, Suntikan 52,61 persen dan Pil 29,38 persen. Dari hail pencapaian peserta KB tersebut terlihat bahwa peserta KB pria 5,93 persen dan peserta KB MKJP sebesar 12,26 persen.
Pencapaian peerta KB Aktif pada bulan Desember 2014 tecatat sebesar 767.316 akseptor dari 1.055.439 Pasangan Usia Subur (72,70 persen ), bila dilihat dari PPM yang telah ditetapkan sebesar 645.324 telah tercapai 118.90 persen , peserta KB MKJP 131.523 akseptor ( 12,46 persen ).
Untuk meningkatkan pelayanan KB Kontap Wanita, beberapa Rumah Sakit di Riau pun telah membuka pelayanan secara rutin dengan jadwal yang telah ditetapkan yaitu RS Awal Bros pada hari Rabu dan Kamis, RS PTPN V Tandun hari Sabtu dan Minggu, RS Tentara, RSUD Taluk Kuantan-Kuansing, RSUD Rokan Hulu, serta pelayanan kontap pada kegiatan Baksos dan pemberdayaan Klinik Swasta. Pelayanan Kontap Pria di RS Tentara dengan melibatkan mitra kerja dan RS Lancing Kuning.
Disamping itu BKKBN Propinsi Riau bekerja sama denan Dinas Kesehatan, Tim P2KS dan IBI Propinsi Riau telah melatih tenaga Bidan dan Dokter untuk pemasangan IUD dan Implant dan Pelatihan KIP/Konseling dengan ABPK bagi Bidan. Selain itu, perkembangan PIK Remaja pada Bulan Desember 2014 tercatat 423 PIK-R/M, dengan rincian 317 PIK-R Tahap tumbuh, 70 PIK-R Tahap Tegak dan 36 PIK-R Tahap Tegar, 133 kelompok BKB Paripurna, 82 kelompok BKR Paripurna, 50 kelompok BKL Paripurna dan 137 kelompok UPPKS.(yasril)
Saturday, 2 May 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved
0 komentar:
Post a Comment