Oleh Drs Yasril
KETIKA dimintai menjadi nara sumber dalam pelatihan ini, saya berpikir akan berhadapan dengan komunitas yang sama, yakni para tim avokasi atau humas, juru warta atau orang yang memang disiapkan untuk pewarta setiap peristiwa di masing-masing lingkungan kerja.
Bila anda memilih jalur atau ditugaskan sebagai seorang penulis, pewarta atau public relation (humas), berarti anda mirip dengan pengelana zaman purba yang membawa kabar berita dari satu negeri ke negeri lain. Sementara di negeri yang anda tuju itu, telah menunggu banyak orang yang ingin mengetahui kabar berita yang anda ceritakan itu.
Begitu pentingnya seorang juru warta, sehingga setiap kerajaan atau pun pemerintahan bahkan kalau sekarang setiap instansi menyiapkan tenaga khusus humas yang akan berkomunikasi dengan banyak orang atau orang luar.
Maka bersiaplah pulalah untuk merekaulang setiap peristiwa yang ada di sekeliling kita (sesuai tugas), melalui susunan kata-kata untuk diinformasikan kepada khalayak ramai. Informasi itu harus sesuai dengan data dan fakta yang ada dan tidak direkayasa atau mengada-ada. Sehingga bisa memenuhi keingintahuan seseorang atau banyak orang tentang sesuatu yang belum mereka ketahui. Kerja ini membutuhkan keahlian tertentu, baik dalam hal ilmu komunikasi, daya ingat yang tajam, penguasaan masalah, mampu membaca data-data statistic dan sebagainya.
Khusus dalam pertemuan ini, saya tidak akan mengupas tentang devenisi tentang kabar berita. Karena selain telah banyaknya orang yang membuat devinisi berbeda tentang berita, anda sendiri pun mungkin hampir tiap hari membaca berita bahkan mungkin juga membuat berita atau bercerita.
Namun yang terpenting dari sebuah berita harus factual atau berdasarkan fakta, baru, menarik, memiliki kedekatan dengan si pembaca, menggambarkan ketokohan, peristiwa luar biasa, human interest pertentangan dan sebagainya. Sebab, ada kalanya informasi itu dalam bentuk pertikaian, hiburan, berita duka cita, informasi pembangunan olah raga dan sebagainya.
Oleh si wartawan, berita itu dikemas sedemikian rupa, sehingga enak dibaca, didengar atau pun ditonton. Sehingga, terkadang si pembaca dibuat penasaran karena berita itu belum selesai. Atau membuat pembaca Koran bersedih karena berita itu sangat menyentuh kalbu. Sedih mungkin berita tentang tabrakan itu adalah keluarganya atau pun berita itu membuat mereka gembira, karena mendapat promosi jabatan dan sebagainya.
***
Kelengkapan Berita
Sebelum memulai menulis berita anda harus terlebih dahulu menguasai masalah yang akan diberitakan dan memeriksa kelengkapan sebuah berita. Dan sudahkah bahan yang tersedia itu bisa menjawab unsur 5W + 1 H yakni;
What (Apa)
Who (Siapa)
Where (Dimana)
When (Kapan)
Why (Mengapa)
+ How (Bagaimana)
Rumusan 5 W + 1 H ini adalah patokan dasar teknis yang sangat menentukan sebuah berita yang dibuat itu lengkap atau tidak. Rumus ini juga akan menentukan seorang wartawan menulis beritanya dengan tepat dan akurat.
Makanya, bagi wartawan yang sudah terlatih, ketika turun melacak sebuah berita, pada umumnya ia tetap berpatokan pada konsep lima pertanyaan itu. Dan bagaimana pun modernnya perkembangan informasi jurnalistik, tapi rumus itu tetap menjadi patokan atau dasar bagi seorang jurnalis dalam menulis berita.
Berdasarkan pengalaman sehari-hari sebagai jurnalis atau pun redaktur, Saya sering menerima berita yang materinya bagus, tapi ada saja bagian-bagian dari rumusan tadi yang tertinggal. Misalnya mengenai waktu (when) atau bagaimana (how).
Pertanyaannya, apakah kalau tidak lengkap 5 W + 1 H, tidak bisa jadi berita? Jawabnya tetap bisa, namun akan lebih sempurna, kalau kesemua pertanyaan itu bisa terjawab, sehingga si pembaca berita , akan paham dan mengerti tentang berita yang kita sajikan itu.
Yang pasti, jika berita itu tidak lengkap, seorang redaktur akan mendapat kesulitan dalam loloskan atau menurunkan berita itu untuk disajikan sebagai komsumsi public. Sebab, jika dipaksakan juga menurunkan berita yang tidak lengkap, maka akan ketahuan berita itu tidak akurat. Dan ini berpengaruh pada kredibilitas meia massa itu sendiri.
Pola Berita
Pola umum yang paling banyak dipakai untuk membangun sebuah berita adalah piramida terbalik. Namun masih ada pola lain dalam pembuatan berita atau feature. Pola kotak dan sebagainya.
Secara sederhana pola piramida terbalik ini terbagi menjadi dua bagunan yakni; teras berita dan tubuh berita. Pola ini untuk mempermudah kita dalam praktik menulis berita. Selain itu juga akan memudahkan bagi redaktur untuk memotong bagian-bagian bawah yang dirasa tidak penting.
Pemotongan berita itu sendiri biasanya disebabkan terbatasnya ruang yang tersedia, terbatasnya waktu untuk membaca atau menyiarkan kalau melalui media elektronika.
Teras Berita
Bagian atas dari pola piramida terbalik itu disebut teras berita, lead atau intro. Teras berita harus memuat bagian-bagian penting dari berita yang akan kita tulis. Teras berita itu sebaiknya mampu menarik minat sipembaca untuk membaca berita itu lebih lanjut. Dan alangkah bagusnya kalau lead itu bisa mempermudah redaktur untuk memberi judul berita.
Teras berita sebaiknya dibuka dengan kalimat-kalimat yang menonjolkan berita itu sendiri. Dan ada baiknya teras berita itu mengandung unsur 5 W + 1H. Kalau pun tidak unsure terser pun bias diletakkan di alinia berikutnya.
Bila dikaitkan dengan rumus 5 W 1 H itu, maka ada beberapa cara untuk menulis teras berita sebagai berikut;
Memulai lead dengan orang atau siapa (Who)
Contoh;
Pelaksana Harian (Plh) Kepala BKKBN Riau, Moh Isnaeni SH, Senin (3/11) membuka secara resmi pelatihan advokasi/KIE bagi PLKB/PKB se Riau. Kegiatan yang diikuti 100 peserta itu berlangsung di Aula BKKBN Riau, Jalan Terubuk Pekanbaru.
Selanjutnya,………
Who (Siapa) , adalah Plh Kepala BKKBN Riau Moh Isnaini
When (kapan adalah Senin (3/11)
Why dan what (mengapa dan apa) adalah membuka pelatihan advokasi
Where (dimana) adalah di aula BKKBN Riau
Memulai lead dengan apa (What)
Contoh;
Vending machine atau ATM kondom ternyata masih tersimpan di gudang BKKBN Riau. Padahal alat yang diharapkan mampu membantu program KB dan pencegahan penyakit menular seksual itu sangat dinanti masyarakat Riau sejak dua tahun lalu.
Selanjutnya,………………….
Apa di sini adalah vending machine
Memulai lead dengan tempat (Where)
Contoh;
Kelurahan Meranti Pandak, Kecamatan Rumbai, akhirnya terpilih sebagai pusat pencanangan Harganas tahun 2009. Untuk itu, pemerintah daerah harus secepatnya mempersiapkan semua infrastruktur menuju lokasi tersebut.
Selanjutnya,……………………..
Tempat di sini adalah Kelurahan Meranti Pandak
Memulai lead dengan waktu (When)
Contoh;
Kamis (6/11) besok, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) direncanakan tiba di Pekanbaru untuk melantik Gubernur Riau terpilih, HM Rusli Zainal SE di gedung DPRD Riau.
Selanjutnya, …………………..
Waktu di sini adalah Kamis (6/11).
Memulai lead dengan Mengapa dan Bagaimana (Why dan How)
Contoh
Untuk meningkatkan mutu tenaga penyuluh lapangan KB, pihak BKKBN Riau sejak Senin (3/11) memberikan pelatihan advokasi kepada 100 PLKB se Riau.
Selanjutnya……………..
Mengapa dan bagaimana di sini adalah Untuk meningkatkan mutu PLKB.
Pertanyaannya, apakah membuat teras berita itu harus selalu demikian? Tidak. Masih banyak cara lain di luar rumus 5 w 1 H itu. Misalnya memulai dengan kutipan yang di sampaikan nara sumber pemberitaan itu.
Misalnya, saat Tim Penggerak PKK mengadakan pertemuan dengan kader, ibu camat mengajak agar para kader mensosialisasikan perlunya program KB ke masyarakat.
Contoh teras berita dengan kutipan;
‘’Tingginya angka kelahiran bayi sejak enam bulan belakangan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Para kader harus mensosialisasikan program KB terutama bagi keluarga miskin,’’ kata Ketua TP PKK Kecamatan Tampan Hj Dewi Pratiwi, Senin (13/9).
Dan masih banyak lagi cara penulisan teras berita itu. Bisa menggunakan data statistik, bisa dengan memperbandingkan atau pertentangan dan sebagainya. Perlu diingat bahwa teras berita harus diupayakan menggambarkan isi berita secara keseluruhan. Sehingganya, dengan membaca teras berita itu, masyarakat akan tahu maksud dan tujuan pemberitaan yang dibuat wartawan.
D. Tubuh Berita
Untuk menulis tubuh berita sebenarnya sudah merupakan kerja menurun. Artinya anda tinggal mengikuti alur cerita dari teras atau pokok pemberitaan yang ada di alinia pertama tadi. Berita yang anda tuangkan dalam tulisan itu harus sesuai data dan fakta, jangan berandai-andai, apalagi dengan menambahkan opini.
Tubuh berita biasanya berisikan penjelasan atau uraian dari teras berita. Dalam penulisan tubuh berita itu harus selalu saling keterkaitan antara satu alinia dengan alinia lainnya.
Biasanya ditulis dalam bentuk kalimat-kalimat tidak langsung dan sebaiknya juga diiringi dengan kalmia langsung atau kutipan, sehingga kutipan itu memberikan penegasan kepada kalimat tak langsung. Namun perlu diperhatikan, jangan sampai terjadi pengulangan kalimat.
Contoh pengulangan kalimat yang sering dijumpai adalah;
Wali Kota Pekanbaru Drs H Herman Abdullah minta masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, karena bisa menimbulkan penyakit. ‘’JWarga jangan buang sampah sembarangan, karena bisa menimbulkan penyakit,’’ kata Wali Kota Herman Abdullah.
Sebaiknya kalimat di atas disusun menjadi;
Wali Kota Pekanbaru Drs H Herman Abdullah mengajak masyarakat menjaga kebersihan lingkungan. ‘’Jangan membuang sampah sembarangan, karena bisa menimbulkan penyakit,’’ tegas nya.
Perlu juga diingat, penulisan berita dalam pola pyramida terbalik itu, semakin ke bawah berita itu semakin tidak penting. Bagian bawah hanyalah tambahan keterangan pelengkap saja. Kalau pun terjadi pemotongan berita oleh redaktur sebagai akibat keterbatasan ruang, maka yang bagian bawah itulah yang terbuang, tanpa mengurangi makna pemberitaan.
Terakhir sebelum naskah berita yang anda tulis ditu iserahkan atau dikrim ke media massauntuk dpublikasikan, bacalah lagi, apakah isi pemberitaan itu telah menjawab rumusan 5 W +1 H itu. Lihat lagi tata bahasnya, hati-hati dalam penulisan unsur SARA,
Sekian selamat mencoba
1 komentar:
asw. senang rasanya bisa gabung dengan bapak, meski sudah lama saya suka nulis, tapi kalau tidak di asah, kaku juga, harus terus diasah memang.
Post a Comment