Hari ini 25 November 2008 bertepatan dengan peringatan hari guru dan PGRI.
Selamat guru ku.
Semoga selalu jadi embun penyejuk dalam kehausan.
Kami, dan juga kita semua para tunas-tunas bangsa tengah haus akan ilmu pengetahuan, harus dengan didikan nilai-nilai luhur mu.
Berikanlah kami setetes embun untuk membuka hati ini
Kami tengah berada dalam kegelapan, masih gelap dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kini engkau harapan kami, engkau bagai pelita dalam kegelapan
Namun demikian, engkau para guru ku, jaga jugalah martabat mu.
Jangan karena nila setitik rusak susu se belanga.
Betapa banyaknya oknum-oknum guru saat ini yang mungkin lupa akan tugas dan fungsinya sebagai penadidik.
Jangankan mendidik, malah memberi contoh tercela bagi anak didiknya sendiri.
Ada yang berbuat cabul, ada yang main tembak, ada yang main pukul dan banyak lagi.
Sungguh tidaklah terpuji prilaku seperti ini.
Dan,.. jangan karena nila setitik, rusak susu se belanga.
Sekali lagi mari kita bersama menjaga martabat guru.
Bukankah kata Bung Karno semua kita ini juga guru.
Presiden guru bagi muridnya, penulis guru bagi pembaca karya tulisnya.
Orang tua di rumah guru bagi anak-anaknya.
Begitu juga saya yang jebolan IKIP Padang, meski berkarya di jurnalistik, tapi tetap jadi guru, bagi pembaca media. Begitu juga dengan keluarga-keluarga saya yang juga berasal dari keluarga guru, istri dan ibu mertua juga seorang guru.
Selamat guru ku.
Semoga selalu jadi embun penyejuk dalam kehausan.
Kami, dan juga kita semua para tunas-tunas bangsa tengah haus akan ilmu pengetahuan, harus dengan didikan nilai-nilai luhur mu.
Berikanlah kami setetes embun untuk membuka hati ini
Kami tengah berada dalam kegelapan, masih gelap dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kini engkau harapan kami, engkau bagai pelita dalam kegelapan
Namun demikian, engkau para guru ku, jaga jugalah martabat mu.
Jangan karena nila setitik rusak susu se belanga.
Betapa banyaknya oknum-oknum guru saat ini yang mungkin lupa akan tugas dan fungsinya sebagai penadidik.
Jangankan mendidik, malah memberi contoh tercela bagi anak didiknya sendiri.
Ada yang berbuat cabul, ada yang main tembak, ada yang main pukul dan banyak lagi.
Sungguh tidaklah terpuji prilaku seperti ini.
Dan,.. jangan karena nila setitik, rusak susu se belanga.
Sekali lagi mari kita bersama menjaga martabat guru.
Bukankah kata Bung Karno semua kita ini juga guru.
Presiden guru bagi muridnya, penulis guru bagi pembaca karya tulisnya.
Orang tua di rumah guru bagi anak-anaknya.
Begitu juga saya yang jebolan IKIP Padang, meski berkarya di jurnalistik, tapi tetap jadi guru, bagi pembaca media. Begitu juga dengan keluarga-keluarga saya yang juga berasal dari keluarga guru, istri dan ibu mertua juga seorang guru.
Marilah kembali kita renungkan bait demi baik lirik lagu Himne Guru karya Sartono, seorang guru. Himne guru ini saya copy dari blognya Lambertus L. Hurek di Surabaya.
Sekali lagi selamat hari guru. ***
Sekali lagi selamat hari guru. ***
1 komentar:
Hidup Guru!!!
Post a Comment