SAUDARA KU DI MANA PUN BERADA, SEIRING DATANGNYA 1 RAMADHAN 1433 H, MARILAH KITA SALING MEMBERSIHKAN DIRI, KEPADA ALLAH SWT KITA BERTAUBAT SESAMA MANUSIA KITA SALING BERMAAF-MAAFAN. MARI KITA PERBAIKI HUBUNGAN SILATURAHIM SESAMA UMAT, TERUTAMA PADA ORANG TUA, SUAMI ISTRI, SESAMA SAUDARA SEDARAH SERTA DENGAN KAUM KERABAT, JIRAN TETANGGA. SEMOGA DENGAN CARA DEMIKIAN, KITA BISA MENJALANI IBADAH PUASA DENGAN TENANG DAN MENDAPATKAN PAHALA YANG SETIMPAL DI SISI aLLAH SWT. UNTUK ITU, SAYA ATAS NAMA PRIBADI DAN KELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANI IBADAH PUASA, MOHON MAAF ZAHIR DAN BATIN. SAUDARA KU, SESUNGGUHNYA BERHAJI MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN ISLAM, YANG UNTUK MENJALANKANNYA KITA HARUS MEMILIKI TRESHOLD (NILAI AMBANG BATAS), KELAYAKAN, BAIK JASMANI, ROHANI MAUPUN MATERI. MAKANYA KALAU SUDAH SIAP, SEGERAKANLAH!!

Monday 24 August 2009

Kejujuran

. Monday 24 August 2009
0 komentar

Ketika Saya melewati salah satu ruas jalan di Kota Pekanbaru, terlihat betapa banyak kendaraan roda dua dan empat yang parkir di sebuah warung yang tertutup kain spanduk. Namun dari mobil yang saya kendarai terlihat jelas aktivitas makan dan minum di siang hari di bulan Ramadhan ini. Muslimkah mereka? Puasakah mereka, dan jujurkah mereka pada diri sendiri, keluarganya dan juga pada Allah sang maha mengetahui?

Dalam kondisi carut-marutnya kehidupan bermasyarakat dan bernegara, persoalan kejujuran masih menjadi topik hangat untuk dibicarakan. Bahkan bila dikaitkan dengan system pemerintahan di berbagai lini yang sarat dengan slogan KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme), masalah kejujuran ini pun masih jadi batu penyandung untuk menjalankan system pemerintahan yang bersih dan beribawa.

Betapa tidak, untuk persoalan sekecil apa pun masalah kejujuran selalu terabaikan. Sebut saja misalnya di bidang administrasi kependudukan. Untuk membuat sebuah kartu tanda penduduk (KTP) saja masih terlihat ketidak jujuran sejumlah oknum di mulai dari tingkat RT, RW, kelurahan atau desa bahkan hingga ke tingkat kecamatan. Ketidak jujuran itu bisa saja terlihat dalam hal pembebanan biaya tinggi pada masyarakat, yang mungkin mengatasnamakan pejabat yang lebih tinggi, meski sebenarnya tidak demikian atau mungkin benar adanya. Peluang pun terlihat apabila si pemohon tidak melengkapi persyaratan dan sebagainya.

Di bidang pendidikan juga demikian. Meski pemerintah telah menyatakan akan menghadirkan pendidikan murah. Namun semua itu hanya retorika belaka yang sulit untuk dibuktikan dalam realita di lapangan. Tidak sedikit masyarakat atau pun orang tua murid yang mengeluh bahkan menjerit, karena biaya pendidikan relative tinggi. Mulai dari level Sekolah dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Baik terkait biaya buku, uang bangku dan sebagainya. Meski upaya antisipasi telah dilakukan dengan menerapkan dana BOS (biaya operasional sekolah), namun realitanya tidaklah demikian. Dana BOS yang diharapkan mampu meringankan biaya orang tua malah diduga dinikmati sejumlah oknum sekolah.

Demikian juga halnya dalam hal mendapatkan pekerjaan yang layak seperti diisyarakatkan dalam UU. Bahkan tidak jarang kita mendengar untuk dapat bekerja di satu instansi, calon tenaga kerja harus mengorek kocek yang cukup tebal hanya sebagai uang pelicin. Bahkan hal serupa pun terlihat dalam dunia pendidikan, ekonomi, penegakkan hukum dan sebagainya. Meski pun belakangan kita mendengar adanya pendirian warung jujur, sekolah jujur yang pada dasarnya juga belum tentu jujur.

Dan masih banyak kasus-kasus ketidak jujuran yang terlihat dalam realita kehidupan di masyarakat dewasa ini, meski pun negara, undang-undang, bahkan juga agama apa pun tidak mengajarkan demikian. Padahal kita berharap agar dalam kehidupan, baik di rumah tangga, masyarakat maupun kehidupan bernegara selalu berlandaskan pada sikap jujur.

Islam sebagai agama rahmatan lil a’lamin atau atau rahmat bagi alam semesta—jauh-jauh hari telah mengajarkan pada umatnya. Sejak sesorang itu masih dalam kandungan hingga menemui ajalnya. Salah satu praktiknya adalah melalui ibadah puasa baik puasa di bulan Ramadhan maupun puasa di bulan-bulan lainnya.

Ibadah puasa sangat syarat dengan pesan kejujuran pada diri sendiri. Sebab yang akan mengetahui seseorang itu berpuasa atau tidak adalah dirinya sendiri dan Allah SWT. Makanya pula imbauan ibadah puasa hanya ditujukan pada orang-orang yang beriman seperti yang difirmankan Allah dalam Alquran ‘’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan pada kamu berpuasa, seperti diwajibkan pada orang-orang sebelum kamu, semoga kamu masuk orang yang bertakwa’’.

Artinya ibadah puasa hanya akan terlaksana pada orang orang yang beriman, yang percaya bahwa ada yang mengawasinya, yakni Allah yang maha tahu. Di sinilah sikap jujur itu dipertaruhkan.

Sebab, bisa jadi seseorang itu di rumah berpuasa—sahur, ya sahur, selagi di rumah masih menahan lapar dan haus karena malu kepada keluarga. Namun setelah keluar dari rumah mereka pun menzalimi diri sendiri dengan cara membatalkan puasa. Dan setelah kembali ke rumah mereka pun seolah-olah berpuasa.

Inilah salah satu tanda-tanda orang yang tidak jujur kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat dan bahkan juga Allah SWT. Mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya ada yang mengawasinya selain manusia atau diri sendiri, tapi Allah SWT. Semoga dengan menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan 1430 H ini, kita menjadi orang-rang yang jujur. Amin,…….

Klik disini untuk melanjutkan »»

YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com