SAUDARA KU DI MANA PUN BERADA, SEIRING DATANGNYA 1 RAMADHAN 1433 H, MARILAH KITA SALING MEMBERSIHKAN DIRI, KEPADA ALLAH SWT KITA BERTAUBAT SESAMA MANUSIA KITA SALING BERMAAF-MAAFAN. MARI KITA PERBAIKI HUBUNGAN SILATURAHIM SESAMA UMAT, TERUTAMA PADA ORANG TUA, SUAMI ISTRI, SESAMA SAUDARA SEDARAH SERTA DENGAN KAUM KERABAT, JIRAN TETANGGA. SEMOGA DENGAN CARA DEMIKIAN, KITA BISA MENJALANI IBADAH PUASA DENGAN TENANG DAN MENDAPATKAN PAHALA YANG SETIMPAL DI SISI aLLAH SWT. UNTUK ITU, SAYA ATAS NAMA PRIBADI DAN KELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANI IBADAH PUASA, MOHON MAAF ZAHIR DAN BATIN. SAUDARA KU, SESUNGGUHNYA BERHAJI MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN ISLAM, YANG UNTUK MENJALANKANNYA KITA HARUS MEMILIKI TRESHOLD (NILAI AMBANG BATAS), KELAYAKAN, BAIK JASMANI, ROHANI MAUPUN MATERI. MAKANYA KALAU SUDAH SIAP, SEGERAKANLAH!!

Wednesday 3 December 2008

Ketika Falsafah Sapu Lidi Mulai Ditinggalkan

. Wednesday 3 December 2008


Lidi.
Semua orang mengenal bahwasanya lidi berasal dari pelepah daun kelapa yang dapat dijumpai, tidak hanya di pedesaan, tapi juga di perkotaan. Bahkan dari dulu hingga sekarang, masih banyak orang menggunakan lidi untuk keperluan hidup sehari-hari.


Sebut saja misalnya, untuk sapu yang lebih dikenal dengan sebutan sapu lidi, untuk tusuk sate bagi pedagang satu. Bagi pedagang minuman, dulu sering kumpulan lidi-lidi dijadikan untuk mengocok telur ayam atau itik. Bahkan bagi guru-guru tempo doeloe, potongan-potongan lidi dijadikan sebagai alat peraga atau pun alat pembelajaran dalam berhitung. Tidak heran kalau setiap murid sekolah dasar (SD) dulu selalu mengantongi potongan lidi dalam tas atau kantong baju mereka.

Tidak cukup hanya sampai di situ. Selain banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, ternyata lidi mengandung falsafah hidup yang mendalam, tidak hanya pada diri sendiri, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Satu diantaranya terlihat pada ujud sapu lidi.
Sebatang lidi tidak akan ada artinya bagi tumpukan sampah yang menggunung. Sebatang lidi tidak akan membersihkan sampah di sekeliling kita. Bahkan bukan tidak mungkin sebatang lidi akan patah-patah bila dipaksa sebagai alat pembersih. Namun tidak demikian, bila batangan-batangan lidi itu dikumpulkan menjadi satu. Tenaga yang kecil dari sebatang lidi akan menjadi kekuatan yang besar bila menyatu dalam satu kesatuan yang terikat kokoh dengan kebersamaan.

Artinya, bersatu kita utuh, bercerai kita runtuh. Filsafat hidup inilah yang dulu selalu dipegang teguh oleh para pejuang pendahulu bangsa ini. Filsafat hidup itu pun ditularkan turun temurun hingga kini.

Namun belakangan, di era reformasi penuh kebebasan, bahkan juga hidup di perkotaan besar, filsafat sapu lidi ini terkesan mulai ditinggalkan dan berganti dengan pola hidup individualisme. Sehingga antar tetangga sebelah pun saling tidak mengenal dan sibuk dengan urusan masing-masing.

Dalam tataran perpolitikan di tanah air pun hal ini nampak nyata. Terlalu banyak parpol yang muncul sebagai akibat ketidaksesuaian sesama pengurus partai, sehingga sehingganya yang semula besar dan kuat kini pun akhirnya rapuh. Kondisi ini pun terkadang bisa dimanfaatkan pihak atau partai lain yang memiliki basis massa yang jelas.

Sebut saja misalnya partai berbasis Islam. Kalau semasa era Orde Baru, kita hanya disuguhkan dengan tiga kekuatan parpol. Satu diantaranya berbasis Islam, sehingga menjadi suatu kekuatan penyeimbang bagi parpai yang memang. Sekarang yang terlihat di pentas politik di tanah air, cukup anyak partai-partai berbasis Islam, namun hanya ibarat buih di lautan, pecah ketika sampai di tepian, tanpa kekuatan yang nyata.

Pertanyaannya, bagaimana bila partai berbasis Islam itu kembali menyatu dalam satu kesatuan yang utuh bagaikan sebuah sapu lidi. Jika ini yang terjadi, bisa dibayangkan akan menjadi suatu kekuatan yang besar di negeri ini.

Mungkinkah itu terjadi?
Yang pasti alam terbentang jadi guru.
Mari kita membaca ayat-ayat Allah yang tersurat dan tersirat. ***

0 komentar:

YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com