SAUDARA KU DI MANA PUN BERADA, SEIRING DATANGNYA 1 RAMADHAN 1433 H, MARILAH KITA SALING MEMBERSIHKAN DIRI, KEPADA ALLAH SWT KITA BERTAUBAT SESAMA MANUSIA KITA SALING BERMAAF-MAAFAN. MARI KITA PERBAIKI HUBUNGAN SILATURAHIM SESAMA UMAT, TERUTAMA PADA ORANG TUA, SUAMI ISTRI, SESAMA SAUDARA SEDARAH SERTA DENGAN KAUM KERABAT, JIRAN TETANGGA. SEMOGA DENGAN CARA DEMIKIAN, KITA BISA MENJALANI IBADAH PUASA DENGAN TENANG DAN MENDAPATKAN PAHALA YANG SETIMPAL DI SISI aLLAH SWT. UNTUK ITU, SAYA ATAS NAMA PRIBADI DAN KELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANI IBADAH PUASA, MOHON MAAF ZAHIR DAN BATIN. SAUDARA KU, SESUNGGUHNYA BERHAJI MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN ISLAM, YANG UNTUK MENJALANKANNYA KITA HARUS MEMILIKI TRESHOLD (NILAI AMBANG BATAS), KELAYAKAN, BAIK JASMANI, ROHANI MAUPUN MATERI. MAKANYA KALAU SUDAH SIAP, SEGERAKANLAH!!

Sunday 25 May 2008

Pendidikan di Malaysia Wajib Hingga Perguruan Tinggi

. Sunday 25 May 2008




Laporan Perjalanan Yasril dari Serawak, Malaysia

PERJALANAN pers yang kami lakukan selama sepekan ke Negeri Boerneo yakni Provinsi Kalimantan Barat dan negeri jiran, yakni Negara Bagian Malaysia, tepatnya Serawak memberi banyak makna dalam penambahan wawasan berpikir. Setidaknya ini juga dirasakan oleh para journalist dari berbagai provinsi di Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB).

Dari Riau, kami mengirim tiga delegasi, masing-masing Drs Yasril sebagai Ketua IPKB Riau yang juga sebagai pengurus Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Riau, Drs Jumadi Fadil, Sekretaris IPKB Riau yang juga Kasi Penerangan dan Motivasi (Penmot) BKKBN Riau, H Tanzili Ali, Kepala Stasiun Radio Pemerintah Daerah Kampar (RPDK) yang juga Kepala bagian Humas Pemkab Kampar dan Pengurus Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kampar.

Pada kegiatan yang dirangkai dalam tajuk Rapat Kerja Nasional IPKB itu banyak hal yang bisa dilihat. Selain membahas program kerja IPKB ke depan, para peserta pun berbagi pengalaman dengan sesama pengurus IPKB yang juga journalis dari berbagai media, baik cetak dan elektronika dari semua provinsi di Indonesia. Kami melihat banyak kesamaan potensi antara Riau dan Kalbar dan Serawak yang sebenarnya apa yang dibuat di Kalbar dan di Serawak bisa juga diterapkan di Riau. Baik dalam hal peningkatan program Kelaurga Berencana, program perkotaan maupun upaya menggali potensi PAD yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, pendidikan gratis yang selama ini sering didengung-dengungan di Indonesia dan banyak hal-hal lainnya.

Dalam tulisan ini, saya akan mencoba berbagi pengalaman tentang perjalanan ke Negara bagian Malaysia, tepatnya di Kucing, Serawak yang kami tempuh semalam suntuk melalui perjalanan darat dari Pontianak. Memang, banyak kawan-kawan yang belum pernah ke Kucing, Malaysia Timur, karena mereka setiap harinya disibukkan dengan rutinitas sebagai journalist yang dikejar dead line. Selain Kucing Serawak juga berada di Negeri Boerneo yang harus ditempuh dengan melampaui pulau-pulau, seperti yang disampaikan rekan dari Maluku, Sumatera, Jawa dan lainnya.

Namun kami sangat bersyukur juga, karena rekan Yasmir Umar, Ketua IPKB Kalbar yang sehari-harinya sibuk di Pontianak Post mampu mengkondisikan perjalanan pers tersebut. Ini juga tidak terlepas dari pengalaman yang ia lakukan ketika melakukan muhibah ke negeri jiran.

Malam itu, ketika rombongan IPKB se Indonesia chek out dari Hotel Orchit, bus lintas batas yang akan membawa kami ke Kucing pun sudah stand by. Setelah semua beres-beres, bus pun melaju menuju perbatasan Indonesia-Malaysia tepatnya di Entikong. Meski berangkat malam hari, tetap saja terasa perbedaan infrastruktur perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Setidaknya, ketika masih di wilayah NKRI, bus melaju kondisi jalan yang sempit, berlubang dan berliku-liku. Perbedaan itu amat kentara setelah melewati tapal batas Entkong, di mana bus melaju dengan kecepatan tinggi di uas jalan yang lebar mulus dan sedikit kelokan.

Sekitar pukul 04.30 WIB, atau sekitar 05.30 WITA kami telah sampai di Entikong. Di sana sudah banyak bus lintas batas dan kendaran pribadi dari dan ke Indonesia atau sebaliknya. Pintu tapal batas ketika itu belum dibuka, sehingga para pelintas batas pun terpaksa sabar menunggu. Sambil menunggu pintu perbatasan dibuka petugas, kami umat muslim pun menanfaatkan waktu untuk Shalat Subuh di Masjid Al Muhajirin, PPLB Entikong, yang berada di sebelah barat jalan menuju Kucing, tepatnya di belakang gardu lintas batas.

Setelah shalat, kami pun kembali ke pintu tapal batas dan satu persatu pelintas batas dipersilakan masuk. Pemeriksaan keimigrasian wilayah Malaysia di perbatasan, dibagi ke dalam dua barisan memanjang. Satu-persatu, orang yang mengadakan perjalanan ke Malaysia, melakukan pemeriksaan paspor. Kami pun menyatu dengan pelintas batas lainnya sambil antrean.

Kami dari kalangan journalist tidak begitu sulit untuk masuk, karena sebelum antrean, ketua rombongan terlebih dahulu mendatangi petugas keimigrasian. Setelah ketua rombongan Yasmir Umar menghadap, barulah penandaan paspor untuk rekan pers tersebut diberikan petugas. Setelah pemeriksaan, perjalanan dilanjutkan kembali pukul 06.19 WIB.

Jarak dari Entikong ke Kuching sekitar 84 kilometer seperti tertera pada papan penunjuk jalan yang berada di sisi kiri jalan. Selama perjalanan, hanya satu-dua kendaraan yang berpapasan.

Secara geografis, wilayah Malaysia hampir sama dengan Indonesia. Tanaman paku-pakuan, alang-alang, dan tanaman perdu lainnya terhampar di sepanjang jalan. Di Tebedu, dekat Chatholic Church bis dihentikan oleh seorang PDRM. Kembali penumpang dan rombongan menjalani pemeriksaan paspor. Di luar, dua PDRM yang lain berteduh menggunakan tenda berwarna hijau. Mereka mengitari meja bulat, dengan beberapa gelas berisi kopi. Sebungkus rokok Surya, tergeletak di mejanya.
Selama perjalanan, terhitung tiga kali pergantian operator yang tertera pada handphone saya. Maxim, My Celcom, dan Digi. Jarak waktu pergantian operator itupun hanya sejam.

Dua jam setengah perjalanan bis sampai di Terminal Batu Tiga Setengah, Kuching Selatan. Di sana rombongan pindah ke bis tour yang sudah menunggu. Menurut agen bis terminal, seluruh bis express dari Indonesia dan Brunai, berhenti di terminal ini. “Kita rapi-rapi di toilet, karena kita akan ke kantor Konsulat RI di Kuching.” ujar Jasmin Umar, ketua rombongan. Peserta pun setuju, untuk rapi-rapi.

Pukul 10.00 waktu Malaysia, rombongan Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) yang melakukan tour ke Kuching tiba di Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Jalan Padungan, Bangunan Binamas, lantai 6, Kuching.

Peserta diterima Atik, seorang staf konsulat di pintu masuk lantai dasar. “Sile ke sixth floor.” Dengan ramah dan santun Atik mempersilahkan rombongan untuk menaiki lift.
Atik mendampingi rombongan menuju ruang pertemuan. Pintu ke empat sisi kanan bangunan dari lift. “Saye belom pernah ke Indon, dan asli Malay,” ujarnya ramah memberitahu sambil tersenyum.

Perempuan muda cantik yang mengenakan kerudung itu hanya mengantarkan hingga di depan pintu ruang pertemuan. “Bapak Rafael dan Bapak Dekiwarto,” Atik memperkenalkan dua orang staf konsulat jenderal, yang berdiri di bagian dalam kedua pintu ruang pertemuan.

Ruangan itu luas, dengan dinding yang dicat putih. Beberapa alat musik seperti angklung terpajang di lemari dinding. Gambar Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kala terpajang seakan mengawal Burung Garuda lambing NKRI. Bendera merah putih pun berdiri di sebelahnya. ‘’Ini asli seperti di Indonesia,,’’ celetuk salah seorang anggota rombongan yang dibalas salah seorang staf konsulat, ‘’Memang. Ini negeri kita. Kita berkuasa penuh di rumah kita ini,’’ katanya dengan semangat.

Beberapa bangunan tinggi dari luar jendela bertirai putih yang ditarik, tampak jelas dari ruangan itu. Kursi berwarna hitam, disusun memanjang beberapa baris sesuai dengan jumlah rombongan dan tiga staf konsulat jenderal. Suguhan roti, coffemix, minuman kemasan gelas, dan teh sachet tertata rapi di atas meja panjang beralaskan taplak meja berwarna putih.

Bambang Prionggo, Kepala Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kuching tiba di ruangan sepuluh menit kemudian. “Minggu lalu, saya juga menerima rombongan tamu para anggota DPRD dan Bupati dari Kalimantan Barat,” ujarnya ramah.

Selesai menikmati sajian yang dihidangkan, pertemuan dan diskusi antara rombongan IPKB dan Konsulat Jenderal RI pun dimulai. Ketua rombongan Yasmir Umar duduk di depan, bersama Bambang.

“Kami ingin bersilaturahmi dan belajar mengenai penanganan Keluarga Berencana yang dilakukan di Malaysia,” ungkap Yasmir Umar, memberitahukan mengenai tujuan kedatangan rombongan.

Rombongan yang terdiri para journalis berbagai media di Indonesia serta dari jajaran BKKBN diperkenalkan dengan staf konsulat oleh Bambang. Staf tersebut adalah Rafael Walangitan sebagai kepala konsuler dan ekonomi, yang menangani bidang kerja kantor, staf, keuangan, dan pejabat fungsional ekonomi. Dekiwarto sebagai staf pelaksana fungsi imigrasi, yang menangani pembuatan paspor baru bagi 220 ribu warga negara RI di Malaysia, dari Kuching hingga ujung Miri. Abdullah Jafar sebagai staf pelaksana fungsional hubungan sosial dan kontrol budaya. Didik Zulhadi sebagai staf konsuler untuk perlindungan dan bantuan hukum bagi para pekerja Indonesia di Malaysia.
Menurut Bambang, mereka bertugas untuk melindungi para pekerja Indonesia tanpa melihat suku, kepentingan politik, orang kaya, atau orang miskin. “Semua kita tangani sampai hal-hal yang sederhana,” ujar Bambang.

Ia pun bercerita banyak hal, mulai dari persoalan TKI, penjualan manusia, pelintas batas, masalah ekonomi, politik termasuk soal laskar taniah, persoalan pendidikan serta masalah program keluarga berencana.

Penanganan keluarga berencana di Malaysia, menurut Bambang, berbeda dengan yang ada di Indonesia. “Di sini tidak ada batasan untuk memiliki anak,” ujar Bambang sambil tersenyum.

Kuching sendiri dipimpin oleh dua pemerintahan yang dibagi berdasarkan wilayah, utara dan selatan. Kuching utara, merupakan daerah dengan penduduk mayoritas beretnis Cina, dan dipimpin oleh wali kota beretnis Cina. Kuching selatan, daerah dengan penduduk yang beragam, Melayu, Dayak, India, dan dipimpin oleh Walikota beretnis campuran.
Target pemerintah Malaysia terhadap jumlah penduduknya adalah 70 juta.

“Tapi sekarang, hanya ada 20 juta penduduk saja.” Bahkan, penduduk Kuching yang memiliki tiga atau empat anak, akan mendapatkan tunjangan dari pemerintah.”Di Kucing Utara hanya dua ratus ribu penduduk. Tidak ada yang repot,” ujar Bambang.

Meskipun Malaysia tidak membatasi jumlah anak dalam keluarga, Malaysia lebih menekankan pada bidang pendidikan. “Anak-anak di sini mendapatkan bantuan biaya pendidikan hingga mereka menamatkan pendidikannya sampai sarjana. Bantuan tersebut dapat mereka ganti dengan cara mencicil, apabila mereka sudah bekerja.” ujar Bambang menerangkan.

Pendidikan anak di Malaysia, wajib mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Hal ini, lanjut Bambang, menghasilkan para intelektual yang handal. Dukungan pemerintah Malaysia dalam bidang pendidikan, merupakan persiapan Sumber Daya Manusia yang memasuki pelita kesembilan. Target Malaysia pada 2020 adalah kemajuan seluruh masyarakat Malaysia dalam hal kemampuan dan keterampilan yang mampu bersaing dengan Amerika. “Di sini, internet sudah masuk sampai pelosok,” ujar Bambang. Pendidikan yang diterapkan Malaysia, merupakan pendidikan yang mengarah pada teknologi berbasis high-tech.

Pembangunan di Malaysia, sudah sangat maju dibandingkan Indonesia. Masyarakat Malaysia juga sangat menjaga kebersihan. “Kebersihan sangat ditekankan oleh pemerintah Malaysia. Tak heran, sampah di jalanan Malaysia tidak ada.” ujar Bambang memberitahu.

Sementara itu, program Keluarga Berencana di Indonesia harus tetap dilaksanakan, karena penduduknya sudah terlalu padat. Sehingga kalau tidak dikendalikan akan membawa dampak pada persoalan kependudukan secara makro, seperti persoalan pendidikan, kesehatan, ketersediaan sandang, pangan lapangan pekerjaa dan lainnya.

Lapangan pekerjaan yang ada juga sangat sedikit, sehingga kompetisi yang terjadipun semakin sulit. Padahal, yang paling utama adalah lapangan kerja. Sebab, kurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia, menyebabkan meningkatnya pengangguran dan bukan tidak mungkin akan berakibat terjadinya peningkatan angka tindak kejahatan.

Diskusi berhenti saat makan siang, pukul 11.30 waktu setempat. Setelah menyelesaikan santapan, dilakukan penyerahan kenang-kenangan dari rombongan IPKB untuk Konsulat Jenderal RI.***



0 komentar:

YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com