Jangan Biarkan Individualisme Berkembang
Oleh Yasril
PENCANANGAN Hari Keluarga Nasisoanl (Harganas) XV dan Bulan Bakti Gotong-royong Masyarakat (BBGM) V di Pekanbaru yang berlangsung Rabu (13/8/2008) memiliki arti penting dalam pembinaan masyarakat perkotaan. Ini lebih terasa, ketika pada acara itu terlihat pula sejumlah alat gotong-royong, baik berupa sapu, gerobak maupu pun kentongan.
‘’Alat-alat ini memiliki nilai falsapah yang tinggi untuk menjalin rasa persatuan dan kesatuan serta kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,’’ kata Wakil Wali Kota Pekanbaru Drs H Erizal Muluk saat pencanangan Harganas XV dan BBGM V di Kelurahan Tangkerang Tengah, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Rabu (13/8/2008)
Hadir pada acara itu, Kepala BKKBN Riau, Drs H Marlis Alamsa, pejabat dinas instansi di lingkungan Pemko Pekanbaru, Camat, lurah serta tokoh masyarakat.
Selain dilaksanakannya pengobatan massal, penyerahan alat gotong-royong, juga dilakukan penyerahan hadiah kepada pemenang lomba desa/kelurahan 2008. Selain itu juga dilakukan kegiatan pasar murah. Kegiatan ini mendapat perhatian dari masyarakat, terutama untuk mendapatkan Sembako dengan harga murah.
Dikatakan Wakil Wali Kota Pekanbaru Erizal Muluk, makna filosofi yang terkandung dalam kegiatan Harganas dan BBGM ini harus dihayati masyarakat kota. Sebab untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas itu harus dimulai dari keluarga. Makanya pula perlu menciptakan keluarga berkualitas yang tentunya dengan perencanaan yang matang.
Keluarga yang berkualitas itu menurutnya akan menghasilkan manusia-manusia yang sosial dan mampu hidup berdampingan satu sama lainnya. Bisa saling bahu membahu dan membina membangun daerah secara gotong-royong. Dan tidak hidup secara sendiri-sendiri. ‘’Saya minta jangan biarkan berkembang sifat individualisme di kota ini,’’ katanya.
Keinginan Erizal Muluk ini diwujudkan dengan kegiatan sosial, seperti pengobatan massal kerja sama Depkes dan BKKBN, pasar murah, serta penyerahan alat gotong-royong, seperti sapu lidi, gerobak sampah dan kentongan.
Sapu lidi memiliki falsafah persatuan. Hanya dengan cara bersatulah pekerjaan akan bisa terselesaikan dan dengan bersatu pula negeri ini maju. Demikian juga dengan kentongan yang digunakan untuk kegiatan ronda malam untuk saling memberi kabar pada malam hari kepada masyarakat.***
Oleh Yasril
PENCANANGAN Hari Keluarga Nasisoanl (Harganas) XV dan Bulan Bakti Gotong-royong Masyarakat (BBGM) V di Pekanbaru yang berlangsung Rabu (13/8/2008) memiliki arti penting dalam pembinaan masyarakat perkotaan. Ini lebih terasa, ketika pada acara itu terlihat pula sejumlah alat gotong-royong, baik berupa sapu, gerobak maupu pun kentongan.
‘’Alat-alat ini memiliki nilai falsapah yang tinggi untuk menjalin rasa persatuan dan kesatuan serta kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,’’ kata Wakil Wali Kota Pekanbaru Drs H Erizal Muluk saat pencanangan Harganas XV dan BBGM V di Kelurahan Tangkerang Tengah, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Rabu (13/8/2008)
Hadir pada acara itu, Kepala BKKBN Riau, Drs H Marlis Alamsa, pejabat dinas instansi di lingkungan Pemko Pekanbaru, Camat, lurah serta tokoh masyarakat.
Selain dilaksanakannya pengobatan massal, penyerahan alat gotong-royong, juga dilakukan penyerahan hadiah kepada pemenang lomba desa/kelurahan 2008. Selain itu juga dilakukan kegiatan pasar murah. Kegiatan ini mendapat perhatian dari masyarakat, terutama untuk mendapatkan Sembako dengan harga murah.
Dikatakan Wakil Wali Kota Pekanbaru Erizal Muluk, makna filosofi yang terkandung dalam kegiatan Harganas dan BBGM ini harus dihayati masyarakat kota. Sebab untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas itu harus dimulai dari keluarga. Makanya pula perlu menciptakan keluarga berkualitas yang tentunya dengan perencanaan yang matang.
Keluarga yang berkualitas itu menurutnya akan menghasilkan manusia-manusia yang sosial dan mampu hidup berdampingan satu sama lainnya. Bisa saling bahu membahu dan membina membangun daerah secara gotong-royong. Dan tidak hidup secara sendiri-sendiri. ‘’Saya minta jangan biarkan berkembang sifat individualisme di kota ini,’’ katanya.
Keinginan Erizal Muluk ini diwujudkan dengan kegiatan sosial, seperti pengobatan massal kerja sama Depkes dan BKKBN, pasar murah, serta penyerahan alat gotong-royong, seperti sapu lidi, gerobak sampah dan kentongan.
Sapu lidi memiliki falsafah persatuan. Hanya dengan cara bersatulah pekerjaan akan bisa terselesaikan dan dengan bersatu pula negeri ini maju. Demikian juga dengan kentongan yang digunakan untuk kegiatan ronda malam untuk saling memberi kabar pada malam hari kepada masyarakat.***
0 komentar:
Post a Comment