By yasril
MUNCULNYA keinginan dari sebagian anggota DPRD Riau untuk melakukan audit dan peninjauan kembali pelaksanaan proyek kebun K2I menjadi kerisauan tersendiri bagi Rusli Zainal, mantan Gubernur Riau (Gubri). Pasalnya, pernyataan sejumlah anggota dewan itu bak gayung bersambut, karena Gubri Wan Abu Bakar pun menyetujui diadakannya audit terhadap pelaksanaan proyek tersebut.
Kegalauan Rusli Zainal beserta kroninya itu memang cukup beralasan, sebab, sejak awal diangkatnya Rusli sebagai orang nomor satu di Riau ini, program K2I selalu digembar-gemborkan dan jadi proyek andalan yang menyentuh langsung kepada kepentingan rakyat guna menaikan taraf kesejahteraan rakyat.
Untuk merealisasikan proyek tersebut, berbagai upaya pun dilakukan. Bahkan setiap Kabupaten Kota yang ada diwajibkan menyediakan lahan satu hamparan dengan luas yang cukup besar. Kondisi ini jelas menjadi beban bagi pemerintah daerah. Sebab, jika lahan itu diambilkan dari tanah masyarakat, jelas akan jadi masalah besar, karena terkait dengan tanah ulayat dan sebagainya. Kalau pun itu bisa diatasi, untuk mencaeri lahan warga satu hamparan dengan luas ratusan hektar itu jelas suatu hal yang mustahil.
Sehingganta tidak jarang cara-cara radikal ditempuh demi suksesnya proyek tersebut, di antaranya melakukan perambahan hutan yang di dalamnya dihuni oleh berbagai ragam satwa dan tanaman. Dan tidak jarang pula, lahan yang dibabat demi proyek K2I itu merupakan hutan alam yang seharusnya dijaga kelestariannya.
Akibatnya, selian merusak ekosistim yang ada, juga menimbulkan keresahan tersendiri bagi masyarakat, karena hewan atau satwa liar yang selama ini hidup tenang di hutan bebas kini menjadi ancaman berbahaya. Sebut saja, gajah-gajah liar yang tidak sedikit merusak perkampungan, tanaman atau kebun warga. Bahkan juga mengancam keselamatan warga.
Begitu juga harimau yang selama ini berkuasa di hutan sebagai raja hutan, kini harus masuk ke perkampungan warga, bahkan cukup banyak yang memakan korban jiwa, baik pekerja perambah hutan maupun warga perkampungan. Begitu juga dengan hewan lainnya, mereka tidak lagi bias hidup tenang di alam bebas.
Selain itu, juga adanya upaya memanfaatkan lahan gambut untuk areal lahan sawit K2I. Padahal antara keberadaan lahan gambut dengan tanaman sawit merupakan hal yang saling tolak belakang. Artinya, keberadaan lahan gambut sangat diperlukan sebagai kawasan resapan air, sementara sawit pada dasarnya merupakan tanaman akhir yang memiliki serapan air yang cukup dasyat. Bahkan kalau pun ditanam di areal gambut, tanaman itu malah akan subut dan lahan sekitarnya bias diprediksi akan menjadi lahan gersang.(yasrilriau@gmail.com)
0 komentar:
Post a Comment