SAUDARA KU DI MANA PUN BERADA, SEIRING DATANGNYA 1 RAMADHAN 1433 H, MARILAH KITA SALING MEMBERSIHKAN DIRI, KEPADA ALLAH SWT KITA BERTAUBAT SESAMA MANUSIA KITA SALING BERMAAF-MAAFAN. MARI KITA PERBAIKI HUBUNGAN SILATURAHIM SESAMA UMAT, TERUTAMA PADA ORANG TUA, SUAMI ISTRI, SESAMA SAUDARA SEDARAH SERTA DENGAN KAUM KERABAT, JIRAN TETANGGA. SEMOGA DENGAN CARA DEMIKIAN, KITA BISA MENJALANI IBADAH PUASA DENGAN TENANG DAN MENDAPATKAN PAHALA YANG SETIMPAL DI SISI aLLAH SWT. UNTUK ITU, SAYA ATAS NAMA PRIBADI DAN KELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANI IBADAH PUASA, MOHON MAAF ZAHIR DAN BATIN. SAUDARA KU, SESUNGGUHNYA BERHAJI MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN ISLAM, YANG UNTUK MENJALANKANNYA KITA HARUS MEMILIKI TRESHOLD (NILAI AMBANG BATAS), KELAYAKAN, BAIK JASMANI, ROHANI MAUPUN MATERI. MAKANYA KALAU SUDAH SIAP, SEGERAKANLAH!!

Monday 4 August 2008

Sisi Lain dari Ajang Pilgubri 2008

. Monday 4 August 2008

Pecat, pecat dan pecat
Oleh Yasril

Pecat!. Harus dipecat, pecat saja.
Kata pecat kembali marak. Namun bukan dilontarkan para demonstran di depan kantor gubernur, kantor wali kota atau pun di DPRD, melainkan dilontarkan kalangan politisi dengan sasaran sesama politisi dan para kader partai. Ini terasa sekali, terutama menjelang pesta demokrasi, pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) periode 2008-2013 mendatang.


Banyak sudah yang melontarkan kata-kata pecat dan tidak sedikit pula yang jadi sasaran kata-kata pecat. Di antaranya drh Chaidir, politisi yang mengambil jalan berseberangan dengan garis partai dengan cara ikut bersaing dan bertarung dengan rekan separtainya HM Rusli Zainal dalam ajang Pilgubri 2008.

Sikap Chaidir ini pun disikapi secara prontal oleh kalangan yang ingin mendukung Rusli Zainal sesuai garis partai. Dan dari sana mulailah mengalir kata-kata pecat. Bahkan yang melontarkan kata-kata pecat lebih banyak diungkapkan kader baru dari partai. ‘’Chaidir harus dipecat. Pecat Chaidir dari kepengurusan partai, pecat sebgai ketua dan anggota DPRD’’. Dan yang lebih ekstrim lagi ada lontaran ‘’Chaidir harus dipecat dari kader Golkar’’ dan seabrek kecaman lainnya.

Tapi ini bukan suatu hal yang baru di kalangan partai. Ini juga pernah dialami Akbar Tanjung, mantan Ketua Umum Partai Golkar menjelang dan setelah Pilpres 2004. Berbagai kecaman pun ditujukan pada Akbar Tanjung, politisi senior itu. Ya seperti yang dialami Chaidir saat ini pulalah.

Boleh saja Akbar atau Chaidir dipecat dari kepengurusan Golkar atau pun turun dari kursi DPR/MPR atau DPRD, tapi tidak dari kader Golkar. Buktinya hingga kini ia masih jadi kader Golkar dan masih jadi panutan.

Kata pecat ini pun ternyata bukan hanya dilontarkan para politisi Golkar terhadap Chaidir saja, tapi juga diucapkan politisi Partai Amanat Nasional (PAN) yang mengusung Thamsir Rachman dan Taufan Anoso Yakin. Sebut saja misalnya H Ismet Bakri yang juga Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPD PAN Kota Pekanbaru. Jumat (1/8) lalu kepada wartawan ia mengatakan, ‘’Partai sudah menetapkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Riau Thamsir Rachman dan Taufan andoso Yakin. Apalagi Taufan merpakan kader PAN, maka harus didukung. Jika ada yang terbukti membelot akan dipecat.’’

Memang, mudah melontarkan kata-kata pecat, namun ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Dari segi organisasi, tentunya proses pemecatan itu ada aturan mainnya. Tidak asal pecat, kalau tidak ingin disebut sebagai pemimpin atau kader oteriter. Itu dari segi aturan main organisasi.

Lain lagi dari segi psikologis. Kecaman yang ditujukan kepada seseorang atau banyak orang akan mempengaruhi psikologis orang lain. Bahkan bukan tidak mungkin sebaliknya, maksud hati hendak mengecam orang lain, tapi malah pihak yang dikecam menuai simpatik orang lain. Dan ini pula yang terjadi pada Chaidir seperti halnya SBY-JK menjelang Pilpres 2004 lalu.

Demikian juga dengan kecaman terhadap kader yang membelot. Sebab bagi masyarakat sekarang jadi kader partai bukan hal yang sulit. Malah sebaliknya pengurus partailah yang terkadang sulit mencari kader di masyarakat. Bukankah jumlah partai saat ini cukup banyak? Tidak bias di Partai A bias ke Partai B dan lainnya.

Satu hal lagi yang perlu diingat, Pilkada langsung sekarang ini tidak sama halnya dengan Pilkada perwakilan yang hanya ditentukan para anggota parlemen di legislative. Yang menentukan bukan anggota dewan, tapi rakyat banyak. Baik menurut wakil rakyat, belum tentu bagus menurut rakyat. Makanya berbaik-baiklah kepada konstituen.
Selamat berpesta demokrasi, selamat memilih pemimpin Riau kedepan.***

0 komentar:

YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com