SAUDARA KU DI MANA PUN BERADA, SEIRING DATANGNYA 1 RAMADHAN 1433 H, MARILAH KITA SALING MEMBERSIHKAN DIRI, KEPADA ALLAH SWT KITA BERTAUBAT SESAMA MANUSIA KITA SALING BERMAAF-MAAFAN. MARI KITA PERBAIKI HUBUNGAN SILATURAHIM SESAMA UMAT, TERUTAMA PADA ORANG TUA, SUAMI ISTRI, SESAMA SAUDARA SEDARAH SERTA DENGAN KAUM KERABAT, JIRAN TETANGGA. SEMOGA DENGAN CARA DEMIKIAN, KITA BISA MENJALANI IBADAH PUASA DENGAN TENANG DAN MENDAPATKAN PAHALA YANG SETIMPAL DI SISI aLLAH SWT. UNTUK ITU, SAYA ATAS NAMA PRIBADI DAN KELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANI IBADAH PUASA, MOHON MAAF ZAHIR DAN BATIN. SAUDARA KU, SESUNGGUHNYA BERHAJI MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN ISLAM, YANG UNTUK MENJALANKANNYA KITA HARUS MEMILIKI TRESHOLD (NILAI AMBANG BATAS), KELAYAKAN, BAIK JASMANI, ROHANI MAUPUN MATERI. MAKANYA KALAU SUDAH SIAP, SEGERAKANLAH!!

Tuesday 11 November 2008

Ketika Banyak ''Pagar'' yang Makan Tanaman

. Tuesday 11 November 2008

Kasus Pencabulan pun Merajalela
KIAMAT! Demikian ungkapan kekesalan banyak orang yang mendengar, melihat, membaca dan menonton tentang berita pencabulan, pemerkosaan dan kegiatan maksiat sejenisnya. Betapa tidak, hampir tiap hari media massa, baik cetak maupun elektronika menginformasikan adanya aksi pencabulan, pemerkosaan di seantero negeri ini.


Kasus pencabulan itu tidak saja dilakukan oleh ‘’Apak Rutiang’’ yang mengambil istilah tingkah laku ikan ruting atau gabus yang memakan anaknya sendiri, tapi aksi banal ini pun banyak dilakukan orang-orang yang seharusnya dijadikan sebagai panutan, pelindung bahkan juga pendidik. Bahkan berita yang lagi hot-nya di negeri ini adalah Guru cabuli Murid, Polisi Cabuli Mahsiswa.
Pertanyaannya, kalau dulu ada istilah guru kencing berdiri, murid kencing berlari, lantas kalau guru cabuli murid, murid cabuli siapa???
Berita yang juga nengebohkan beberapa waktu lalu adalah anak cabuli ibu kandung, ya.. mungkin seperti legenda Sangkuriang lah. Nauzubillah.

Mungkinkah ini pertanda kiamat kecil yang diperlihatkan Allah SWT agar menjadi pelajaran bagi umat-umat lainnya. Bukankah Allah SWT dalam Alquran juga sering mengingatkan manusia dengan sebutan ‘’Apakah anda tidak berpikir?’’

Seharusnya kejadian-kejadian kasus pencabulan, baik yang dilakukan ayah pada anaknya, anak pada ibunya, abang pada adiknya kandungnya, guru pada muridnya dan juga polisi kepada masyarakat bisa dijadikan pembelajaran, agar yang lainnya mengindarinya dan meningkatkan ketaqwaan pada-Nya.

Kalaulah disimak satu persatu atau kasus per kasus, kejadian itu tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan yang sarat dengan sikap individualisme, mulai kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama, tapi juga terjadi di wilayah pedesaan. Seperti yang terjadi di sejumlah desa di beberapa kabupaten/kota di Riau.

Lantas semua itu salah siapa?
Jawabnya, cukup banyak. Tentulah banyak. Diantaranya mulai menipisnya seraapan nilai-nilai agama dan budaya yang oleh tetua-tetua negeri ini dulu disebut adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Kurangnya penerapan nilai-nilai luruh di dalam keluarga sebagai akibat tekanan ekonomi. Sehingga kepala keluarga kurang mengontrol perkembangan anak atau anggota keluarga.

Faktor lainnya, kurangnya fungsi guru sebagai pendidik. Guru baik guru sekolah umum, sekolah agama lebih banyak berfungsi mentransper ilmu koqnitif kepada anak disbanding upaya mendidik. Konsep mendidik sudah banyak disalahtafsirkan. Bahkan tidak itu saja, terkadang guru pun tidak jarang yang melakukan kesalahan fatal, seperti mencabuli murid atau anak didik mereka. Nauzubillah.

Penyebab lain yang tak kalah pentingnya adalah factor kebebasan kemajuan teknologi yang juga sering disalah artikan oleh sebagian kalangan. Sehingga kebebasan yang dilakukan adalah kebebasan absolut tanpa batas. Ini jelas akan berpengaruh pada peningkatan jumlah dekadensi moral di negeri ini.

Lantas, apakah semua itu tidak bisa diatasi.
Jawabnya, tentulah bisa, asal ada kemauan bersama baik dari keluarga, masyarakat dan pemerintah, termasuk dari penegak hokum sendiri. Namun kunci utama untuk mengantisiapsi semua itu berada di level terendah yang bernama keluarga. Yakni dengan langkah menciptakan keluarga sakinah, mawadah warahmah, yang kesemua itu bisa terlaksana bila semua pasangan, terutama pasangan usia subur (PUS) di negeri ini selalu melakukan perencanaan dalam keluarga atau dengan istilah lain Keluarga Berencana.

Sebab Keluarga Berencana dalam arti luas bukalah hanya bicara soal alat kontrasepsi (Alkon) semata, tapi juga bicara tentang upaya-upaya menciptakan keluarga yang berkualitas. Baik dalam bidang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya.
Terakhir, makanya ikuti program keluarga berencana.***

0 komentar:

YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com