SAUDARA KU DI MANA PUN BERADA, SEIRING DATANGNYA 1 RAMADHAN 1433 H, MARILAH KITA SALING MEMBERSIHKAN DIRI, KEPADA ALLAH SWT KITA BERTAUBAT SESAMA MANUSIA KITA SALING BERMAAF-MAAFAN. MARI KITA PERBAIKI HUBUNGAN SILATURAHIM SESAMA UMAT, TERUTAMA PADA ORANG TUA, SUAMI ISTRI, SESAMA SAUDARA SEDARAH SERTA DENGAN KAUM KERABAT, JIRAN TETANGGA. SEMOGA DENGAN CARA DEMIKIAN, KITA BISA MENJALANI IBADAH PUASA DENGAN TENANG DAN MENDAPATKAN PAHALA YANG SETIMPAL DI SISI aLLAH SWT. UNTUK ITU, SAYA ATAS NAMA PRIBADI DAN KELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT MENJALANI IBADAH PUASA, MOHON MAAF ZAHIR DAN BATIN. SAUDARA KU, SESUNGGUHNYA BERHAJI MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN ISLAM, YANG UNTUK MENJALANKANNYA KITA HARUS MEMILIKI TRESHOLD (NILAI AMBANG BATAS), KELAYAKAN, BAIK JASMANI, ROHANI MAUPUN MATERI. MAKANYA KALAU SUDAH SIAP, SEGERAKANLAH!!

Friday 14 November 2008

Memformat Ulang Pola Pikir Kaum Reformis

. Friday 14 November 2008

Salahkah Kita Memuji Keberhasilan Soeharto
* Soekarno: Ingat, Semua Kita Guru

PRO dan kontra yang dilontarkan sejumlah politisi dan sejarawan terhadap gelar yang disandang mantan Presiden RI Jenderal Besar Purnawirawan HM Soeharto sebenarnya mekin memperlihatkan ke dunia luar bahwa ternyata bangsa ini belum dewasa dan belum mampu menghargai seseorang. Haruskah ini selalu ditularkan ke anak cucu kita?


Sikap pro kontra soal Soeharto menarik dibicarakan. Sebab, selain sosok Soeharto sebagai penguasa Orde Baru yang mampu bertahan lebih tiga dasa warsa di kusri kepemimpinan, Presiden kedua RI ini juga telah mampu membawa arah negeri ini di berbagai bidang dan aspek kehidupan. Baik dalam skala nasional maupun internasional.

Namun demikian, sebagai pribadi, Soeharto juga seorang manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Sama halnya dengan sejumlah politisi ataupun calon politisi serta sejarawan, guru, polisi, presiden setelah Soharto, seperti BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY), calon presiden, dan juga saya sendiri.

Sebagai makhluk Allah yang hidup di dunia fana ini, kita semua tidak ada yang benar dan tidak dibenarkan mengakui bahwa kitalah yang benar. Karena kebenaran dan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah, Sang Penguasa.

Lantas salahkan PKS memasang foto Soeharto di hari pahlawan 2008? Tentunya tidaklah. Sebab, selain merupakan hak dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tentulah mereka memiliki landasan-landasan mendasar kenapa memakainya.

Haruskah kita marah PKS memasang gambar Soeharto pada hari Pahlawan 2008. Tentunya tidak dan tidak perlu ada yang merasa tersinggung, merasa marah dan merasa benci. Bukankah dalam nilai-nilai kegamaan—agama manapun kita tidak dianjurkan untuk membenci seseorang.

Sebab belum tentu orang yang kita benci itu lebih jelek dari orang yang membenci. Dan belum tentu pula orang yang membenci itu lebih baik dari pada orang yang dibenci. Allah saja yang penguasa alam semesta—langit dan bumi mau mengampuni umatnya, kenapa kita sesama manusia tidak mau saling memaafkan. Sungguh suatu hal yang sangat disayangkan. Nauzubillah.

Orang bijak pernah mengatakan, suatu negeri tidak akan jadi besar kalau hanya dipupuk dengan kebencian dan kebencian. Bukankah pula mantan Presiden pertama RI Ir H Soekarno pernah mengatakan, ‘’Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa-jasa pahlawannya.’’

Konsep pahlawan di sini paun harus pula diartikan secara luas, bukan sekadar orang yang berjuang di medan tempur saja, tapi juga orang yang mengisi pembangunan. Soeharto sendiri selain sebagai pejuang juga mengisi kemerdekaan. Banyak sudah yang ia perbuat untuk kemajuan bangsa ini, meski ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

Lantas salahkah kita mengatakan bahwa Soeharto guru bangsa? Tentulah tidak, bukankah Soekarno mengatakan semua kita ini pada dasarnya guru. ‘’Bapak dan ibu guru oleh anaknya, tokoh masyarakat guru bagi masyarakat, pemimpin guru bagi yang dipimpinnya. Presiden, raja juga guru bagi rakyatnya.’’

Demikian juga langkah yang diperbuat PKS, adalah guru bagi kontestannya dan juga masyarakat banyak. Mungkin dengan maksud mengajak rakyat berpikir realistis, bisa membandingkan kesalahan dan kebaikan, mengajak untuk warga menghargai pemimpin dan mantan pemimpinnya.

Kalaulah misalnya seorang Budiman Sudjatmiko (caleg PDIP), Ketua DPP Partai Matahari Bangsa (PMB) Yusuf dan politisi asal PKB Marwan Dja’far dalam dialektika demokrasi yang digelar di Press Room DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (14/11), menganggap PKS sebagai pengkhianat reformasi hanya karena menyebut Soeharto sebagai guru bangsa.

Atau anggapan dari Yusuf, bahwa iklan yang ditampilkan PKS tidak lebih dari upaya pembohongan dan pembodohan publik. ‘’Sesuai dengan iklan itu sendiri yang sebenarnya merupakan upaya pembohongan publik,’’ tegasnya.

Begitu juga Marwan menyebut PKS sebagai partai yang eksklusif dan secara mazhab tidak jelas. Sehingga, Fachri dari FPKS pun meluruskan bahwa apa yang dilakukan PKS tidak lebih dari semangat rekonsiliasi.

Menurut dia, tidak ada gunanya masyarakat Indonesia masih saling salah-menyalahkan. Lebih baik semua berpikir ke depan bagaimana membangun Indonesia yang lebih baik tanpa dibayang-bayangi rasa dendam. ‘’Lagi pula di balik kesalahan Pak Harto, beliau juga punya banyak sekali jasa terhadap bangsa ini,’’ ungkapnya.

Bahkan menurut saya bukan tidak mungkin, yang diperbuat PKS itu adalah hal yang benar, dengan cara mereformasi (menformat ulang) cara berpikir selama ini untuk kembali memiliah-milah antara kesalahan dan kebenaran. Mengajak bangsa ini berpikir secara logis dan realistis.

Sebab, meski pun seorang Budiman Sudjatmiko menilai banyak kesalahan Soeharto selama 32 tahun menjabat sebagai Presiden, namun tidak sedikit pula keberhasilannya. Baik di tingkat nasional maupun internasional.

Salah satu hal yang kecil saja misalnya, kita semua bisa bersekola, belajar bahkan mendapatkan gelar sarjana juga karena adanya andil atau keberhasilan Soeharto. Haruskah kita menutup mata tentang hal itu? (ril)***

0 komentar:

YASRIL RIAU Desain ByHendrawan and Support by Ridwan CCMD. All Right Seserved

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com